Minggu, 28 Juni 2015

TAFSIR : SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sejarah
Kata sejarah secara etimologi menurut Louis Ma’luf seperti yang dikutip oleh Drs. Hasbullah, di dalam bahasa Arab, perkataan sejarah disebut tarikh atau sirah yang berarti ketentuan masa atau waktu, dan ‘ilm tarikh yang berarti ilmu yang mengandung atau membahas penyebutan peristiwa atau kejadian, masa atau terjadinya peristiwa, dan sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut.atau asal katanya Sejarah diambil dari berbagai macam bahasa. Diantaranya:
a.       Kata dalam bahasa Arab yaitu syajaratun artinya pohon.
b.      Mereka mengenal juga kata syajarah annasab, artinya pohon silsilah.
c.       Pohon dalam hal ini dihubungkan dengan keturunan atau asal usul keluarga raja/ dinasti tertentu.
 Hal ini dijadikan elemen utama dalam kisah sejarah pada masa awal. Dikatakan sebagai pohon sebab pohon akan terus tumbuh dan berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih komplek/ maju. Sejarah seperti pohon yang terus berkembang dari akar sampai ke ranting yang terkecil.
a.       Dalam bahasa Jerman, yaitu Geschichte berarti sesuatu yang telah terjadi.
b.      Dalam bahasa Belanda yaitu Geschiedenis, yang berarti terjadi.
c.       Dalam bahasa Inggris yaitu History, artinya masa lampau umat manusia.
            Kata History sebenarnya diturunkan dari bahasa latin dan Yunani yaitu Historia artinya informasi/pencarian, dapat pula diartikan Ilmu. Hal ini menunjukkan bahwa pengkajian sejarah sepenuhnya bergantung kepada penyelidikan terhadap perkara-perkara yang benar-benar pernah terjadi.
a.       Istor dalam bahasa Yunani artinya orang pandai Istoria artinya  ilmu yang khusus untuk menelaah gejala-gejala dalam urutan kronologis[1].
b.      sejarah dalam bahasa Arab disebut Tarikh, yang bermakna ketentuan masa. Kata tarikh bermakna juga perhitungan tahun. Dalam Al-Qur’an sejarah disebut dengan qihash, sebagaimana firman Allah SWT : “ maka bacalah kisah-kisah tersebut.” (Q.S. 6 :130). Al-Quran mengandung nilai-nilai transhistoris artinya Al-Quran diturunkan dalam  realita sejarah. Sebab Al-Quran turun sebagai respon kongkrit terhadap sejarah kurun waktu, pristiwa tertentu, dan tempat tertentu. Literatur inggris menyebut sejarah dengan history, yang berarti pengalaman massa lampau dari umat manusia[2].
Adapun secara terminology sejarah berarti sejumlah keadaan dan peristiwa yang terjadi di             masa lampau dan benar-benar terjadi pada diri individu dan masyarakat
berbagai macam istilah sebagai berikut:
a.       stilah sejarah, dalam pengertian terminologis atau istilahi, juga memiliki beberapa variasi redaksi. R.G. Collingwood, misalnya mendefinisikan sejarah dengan ungkapan history is the history of thought (Sejarah adalah sejarah pemikiran); history is a kind of research or inquiry (Sejarah adalah sejenis penelitian atau penyelidikan). Pada kesempatan lain, Collingwood memaknakan sejarah (dalam artian penulisan sejarah atau historiografi), seperti membangun dunia fantasi (are peaple who bulid up a fantasy-word).
b.      Nouruzzaman Shiddiqie mendifinisikan sejarah sebagai peristiwa masa lampau yang tidak hanya sekadar memberi informasi tentang terjadinya peristiwa itu, tetapi juga memberikan interpretasi atas peristiwa yang terjadi dengan melihat hukum sebab-akibat[3].
c.       Jauh sebelumnya, Ibn Khaldun (1332 – 1406), dalam kitabnya al-Muqaddimah, telah mendefinisikan sebagai catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia; tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu, seperti kelahiran, keramah-tamahan, dan solidaritas golongan; tentang revolusi dan pemberontakan rakyat melawan golongan lain; akibat timbulnya kerajaan-kerajaan dan negara dengan tingkatan bermacam-macam kegiatan dan kedudukan orang, baik untuk mencapai kemajuan kehidupannya, berbagai macam ilmu pengetahuan, dan pada umunya tentang segala macam perubahan yang terjadi di dalam masyarakat karena watak masyarakat itu sendiri.[4]
d.      Secara Terminologi sejarah berarti keterangan yang telah terjadi dikalangan masyarakat pada masa lampau atau masa sekarang. Pengertian sejarah selanjutnya adalah catatan yang berhubungan dengan kejadian yang masa lampau yang diabadikan dalam laporan-laporan tertulis dan ruang lingkup yang luas.[5]
Secara epistimologi Sejarah adalah ilmu pengetahuan dengan umumnya yang berhubungan dengan cerita bertarikh sebagai hasil penfsiran kejadian-kejadian dalam masyarakat manusia pada waktu yang telah lampau atau tanda-tanda yang lain.
Berdasarkan asal kata dan istilah tersebut maka sejarah dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah terjadi pada waktu lampau dalam kehidupan umat manusia. Sejarah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia dan bahkan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih maju atau modern. Berdasarkan bahasa Indonesia, sejarah mengandung 3 pengertian: Sejarah adalah silsilah atau asal-usul, Sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, Sejarah adalah ilmu, pengetahuan, dan cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau. Jadi pengertian sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia.
B. Pengertian Pendidikan
Pendidikan secara etimologi berasal dari kata 'didik' yang artinya memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Secara gamblang pendidikan bisa diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan : proses, cara, perbuatan mendidik. Berikut ini arti pendidikan dari beberapa bahasa:
a.       Bahasa Yunani : berasal dari kata Pedagogi, yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children).
b.      Bahasa Romawi : berasal dari kata educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia.
c.       Bangsa Jerman : berasal dari kata Erziehung yang setara dengan educare, yaitu : membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak.
d.      Bahasa Jawa : berasal dari kata panggulawentah (pengolahan), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak[6].
Mendefinisikan pengertian pendidikan secara terminologi adalah ditinjau dari berbagai tokoh tentu memiliki berbagai perbedaan, tetapi untuk memahami pengertian pendidikakn paling tidak dibutuhkan beberapapengertian :
a.       Menurut Ngalim Purwanto yang dikutip oleh Akmal Hawi Pendidikan adalah pimpinan yang diberikan denga sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat.
b.      Menurut Hasan Langgulung dikutip oleh Akmal Hawi Pendidikan merupakan proses pemindahan nilai pada suatu masyarakat kepada setiap individu yang ada di dalamnya dan proses pemindahan niali-nilai budaya itu melalui pengajaran dan indoktrinasi (Akmal Hawi, 2008)
Secara epistimologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari serta memperoses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan adalah usaha sadar danterencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar  peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. (UU.SISDIKNAS, 2008)
C. Pengertian Islam
Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi) kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Sebagaimana firman Allah SWT,
“Bahkan, barangsiapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati” (Q.S. 2:112).
ü  Ada juga pendapat, akar kata yang membentuk kata “Islam” setidaknya ada empat yang         berkaitan      satu      sama    lain
ü  Aslama. Artinya menyerahkan diri. Orang yang masuk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah SWT. Ia siap mematuhi ajaran-Nya.
ü  Salima. Artinya selamat. Orang yang memeluk Islam, hidupnya akan selamat.
ü  Sallama. Artinya menyelamatkan orang lain. Seorang pemeluk Islam tidak hanya menyelematkan diri sendiri, tetapi juga harus menyelamatkan orang lain (tugas dakwah atau ‘amar ma’ruf nahyi munkar).
ü  Salam. Aman, damai, sentosa. Kehidupan yang damai sentosa akan tercipta jika pemeluk Islam melaksanakan asalama dan sallama[7]
Adapun pengertian Islam dari segi terminologi, banyak para ahli yang mendefinisikannya; di antaranya Prof. Dr. Harun Nasution. Ia mengatakan bahwa Islam menurut istilah (Islam sebagai agama) adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad saw. sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi menganal berbagai segi dari kehidupan manusia[8].
Sementara itu Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa Islam adalah agama perdamaian; dan dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan Allah dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata bahwa agama Islam selaras benar dengan namanya. Islam bukan saja dikatakan sebagai agama seluruh Nabi Allah, sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an, melainkan pula pada segala sesuatu yang secara tak sadar tunduk sepenuhnya pada undang-undang Allah.
Sedangkan Islam menurut kaca mata Epistemologi adalah Islam sebagai ilmu. Islam memang mempunyai banyak aspek yang bisa melahirkan disiplin ilmu berbeda, seperti hukum, seni, dan sebagainya.

Islam adalah di ucapkan dengan lisan, di benarkan dengan hati dan di buktikan dengan perbuatan bahwa tiada tuhan selain Allah SWT dan Muhammad SAW adalah utusannya. Islam juga di artikan sebagai ketundukan pada Allah SWT, Islam adalah Wahyu Allah, Islam adalah Agama Para Nabi dan Rasul, Islam adalah Hukum-hukum Allah di dalam Alquran dan Sunnah, Islam adalah Jalan Allah Yang Lurus Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup bagi seorang muslim, Islam Pembawa Keselamatan Dunia dan Akhirat[9].
D.  Pengertian Sejarah Pendidikan Islam
Pengertian sejarah pendidikan Islam yaitu:
a.       Keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam didunia islam dari waktu kewaktu, dari suatu Negara kenegara lain dari masa Rasulullah SAW samapai masa sekarang.
b.      Sebagai cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam didunia islam baik dari segi ide dan konsepsi maupun segi intitusi dan oprasional sejak masa Rasulullah SAW hingga sekarang.[10]
1.      Urgensi dari mempelajari Sejarah Pendidikan Islam
Urgensi dalam mempelajari sejarah pendidikan islam adalah Dari mengkaji sejarah kita dapat memperoleh informasi tentang pelaksaan pendidikan islam dari zaman Rosulullah sampai sekarang, mulai dari pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran dan kebangkitan kembali dari pendidikan islam. Dari sejarah dapat diketahui bagaimana yang terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan islam dengan segala ide, konsep, institusi, sistem, dan opersionalnya yang terjadi dari waktu ke waktu
Ada beberapa urgensi akademis lainnya dari studi sejarah pendidikan Islam:
1.      Sejarah pendidikan dapat membedakan mana yang bernilai tinggi dan mana yang tidak, sehingga terhindar dari tindakan-tindakan menyesatkan dan salah di dalam melaksanakan usaha-usaha pendidikan.
2.      Sejarah pendidikan dapat memberikan pegangan sehingga tidak terjadi anggapan bahwa yang sudah lama itu memiliki nilai rendah dan yang baru itu bernilai tinggi.
3.      Sejarah pendidikan dapat memberikan kesadaran bahwa pendidikan hendaknya disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
4.      Sejarah pendidikan dapat memberikan keinsyafan bahwa pendidikan dan tugas pendidik itu sangat berat tapi berarti.
5.      Dengan mempelajari sejarah pendidikan akan diperoleh model-model sistem pendidikan yang baik.
2.      Tujuan dari mempelajari Sejarah Pendidikan Islam
Sejarah Pendidikan Islam mempunyai tujuan sebegai berikut:
1.      Sebagai cermin ilmu sejarah pendidikan islamberusaha menafsirkan pengalaman masa lampau pendidikan Islam dalam berbagai kegiatan. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan bahwa tidak semua kagiatan pendidikan Islam berjalan mulus terkadang menemukan rintangan-rintangan tertentu sehingga dalam proses kegiatannya mendapat sesuatu yang tidak diharapkan, maka kita perlu bercermin atau dengan kata lain mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian masa lampau sehingga sejarah pendidikan Islam itu bagi masa menjadi cermindan dapat diambil manfaatnya khususnya bagi perkembangan pendidikan islam.
2.      Sebagai pembanding, suatu peristiwa yang berlangsung dari masa ke masa tentu memiliki kesamaan dan kekhususan. Dengan demikian hasil proses pembanding antara masa silam, sekarang, dan yang akan datang diharapkan dapat memberi andil bagi perkembangan pendidikan islam karena sesungguhnya tarikh itu menjadi cermin perbandingan bagi masa yang baru.
3.      Sebagai perbaikan, setelah berusaha menafsirkan pengalaman masa lampau manusia dalam berbagai kegiatan kita berusaha pula untuk memperbaiki keadaan yang sebelumnya kurang konstruktif menjadi lebih konstruktif[11].
4.      Mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam, sejak zaman lahirnya sampai masa sekarang.
5.      Mengambil manfaat dari proses pendidikan islam, guna memecahkan problematika pendidikan islam pada masa kini.
6.      Memiliki sikap positif terhadap perubahan-perubahan dan pembaharuan-pembaharuan sistem pendidikan islam.
7.      Selain itu sejarah pendidikan islam akan mempunyai kegunaan dalam rangka pembangunan dan pengembangan pendidikan islam. Dalam hal ini, sejarah pendidikan islam akan memberikan arah kemajuan yang pernah dialami sehingga pembangunan dan pengembangan itu tetap berada dalam kerangka pandangan yang utuh dan mendasar (Zuhairini, 1997)
8.      Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat.
9.      Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praktis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai. Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah
3.      Komponen-komponen Sejarah Pendidikan Islam
Sejarah pendidikan merupakan uraian sistematis dari segala sesuatu yang telah dipikirkan dan dikerjakan dalam lapangan pendidikan pada waktu yang telah lampau. Sejarah pendidikan menguraikan perkembangan pendidikan dari dahulu hingga sekarang. Oleh karena itu, sejarah pendidikan sangat erat kaitannya dengan beberapa ilmu antara lain:
            1. Sosiologi
Interaksi yang terjadi baik antara individu maupun antara golongan, dimana dalam hal ini menimbulkan suatu dinamika. Dinamika dan perubahan tersebut bermuara pada terjadinya mobilitas sosial semua itu berpengaruh pada sistem pendidikan islam. Serta kebijaksanaan pendidikan islam yang dijalankan pada suatu masa.
            2. Ilmu sejarah
Membahas tentang perkembangan peristiwa-peristiwa atau kejadian –kejadian penting di masa lamp            au dan juga dibahas segala ikhwal “orang-orang besar” dalam struktur kekuasaan dalam politik karena umumnya orang-orang yang besar cukup dominan pengaruhnya dalam menetukan sistem, materi, tujuan pendidikan, yang berlaku pada masa itu.
            3. Sejarah kebudayaan
Dalam hubungan ini pendidikan berarti pemindahan isi kebudayaan untuk menyempurnakan segala dan kecakapan anak didik guna menghadapi persoalan-persoalan dan harapan-harapan kebudayaannya, pendidikan islamadalah usaha mewariskan nilai-nilai budaya dari suatu generasi ke generasi selanjutnya. Oleh karenanya mempelajari sejarah kebudayaan dalam rangka memahami sejarah islam adalah sangat penting.
E. Pendidikan dalam disiplin ilmu tafsir surah Saba’ ayat 28
Surat Saba’ Ayat 28
1.  Ayat dan Terjemah
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ (٢٨)
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”.

2.     Tafsir Mufrodat
              وَمَا أَرْسَلْنَاكَ: dan tidak Kami mengutus kamu
              إِلاَّ       : melainkan
                       كَافَّةً    : seluruh
                       لِلنَّاسِ   : untuk manusia
    بَشِيرًا   : pembawa kabar gembira
    وَنَذِيرًا  : dan pemberi peringatan
              وَلَكِنَّ             : tetapi
              أَكْثَرَ              : kebanyakan
                       النَّاسِ   :manusia
              لاَ يَعْلَمُونَ       : mereka tidak mengetahui
Kata (كافّة) kaaffah, menurut Thabaathabaa’i dan beberapa ulama lain, terambil dari kata (كفّ)kaffayang berarti menghalangi. Atas dasar itu, mereka memahami penggalan ayat di atas bermakna : Kami tidak mengutusmu kecuali berfungsi sebagai penghalang yang sangat unggul terhadap manusia agar mereka tidak melakukan aneka kedurhakaan. Ini dikuatkan oleh kalimat sesudahnya yaitu basyiiran wa nadzriian. Banyak ulama memahami kata kaaffah  dalam arti semua dan ia pada ayat ini berfungsi menjelaskan keadaan an-naasl manusia. Dengan demikian, ayat ini menganugerahkan risalah Nabi Muhammad SAW yang mencakup semua manusia. Ayat ini, menurut mereka, berarti Kami tidak mengutusmu kecuali pengutusan untuk seluruh manusia. Pendapat ini sejalan dengan fungsi Nabi Muhammad SAW yang diutus membawa rahmat bagi seluruh alam.

3. Tafsir ‘Am
Ayat ini pun dipahami oleh Thabaathabaa’i sebagai mengandung argumentasi tentang keesaan Allah SWT. Ulama ini menulis bahwa: “Risalah atau pengutusan para Nabi merupakan salah satu keniscayaan keesaan Allah SWT karena Tuhan selalu memerhatikan dan mengurus hamba-hamba-Nya serta mengantar mereka menuju kebahagiaan. Keumuman risalah Nabi Muhammad SAW dimana beliau merupakan utusan Allah SWT bukan utusan selain-Nya membuktikan bahwa Tuhan tidak lain kecuali Allah SWT. Seandainya ada tuhan lain, tentu yang lain pun akan mengutus utusannya kepada sebagian masyarakat umat manusia, dan dengan demikian, risalah Nabi Muhammad SAW tidak mencakup seluruh manusia . Tetapi ternyata, tidak ada seorang pun yang mengaku utusan tuhan “yang lain” itu. Dalam konteks ini, Sayyidinaa Ali r.a berkata: “Seandainya Tuhanmu memiliki sekutu pastilah Rasul ‘sekutu-Nya’ itu datang juga menemui Anda.” Selanjutnya, Thabaathabaa’i memahami firman-Nya: Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui dalam arti kebanyakan manusia tidak megetahui bahwa keterbatasan sumber pengutusan rasul-rasul hanya dari Allah SWT merupakan bukti keterbatasan ketuhanan hanya pada Allah SWT semata-mata[12].
Pada ayat ke-28 ini dijelaskan pula bahwa Allah SWT menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW bukan saja sebagai utusan kepada seluruh manusia, tetapi beliau juga bertugas sebagai pembawa berita gembira bagi orang-orang yang mempercayai dan mengamalkan risalah yang dibawanya itu dan sebagai pembawa peringatan kepada orang-orang yang mengingkarinya atau menolak ajaran-ajarannya.
Nabi Muhammad SAW adalah Nabi penutup, tidak adalagi Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah SWT setelahnya. Dengandemikian, pastilah risalah yang dibawanya itu berlaku untuk seluruh manusia sampai hari kiamat. Dan karena risalahnya itu adalah risalah yang terakhir, maka didalam risalahnya tercapailah peraturan-peraturan dan syariat hukum-hukum yang layak dan baik untuk dijalankan disetiap tempat dan disetiap masa, karena risalah yang dibawanya itu bersumber dari Allah Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada pada keduanya. Dialah yang mengatur semuanya itu dengan peraturan yang amat teliti sehingga semuanya berjalan dengan baik dan harmonis. Allah SWT yang demikian besar kekuasaan-Nya tidak mungkin akan menurunkan suatu risalah yang mencakup seluruh umat manusia jika peraturan-peraturan dan syariat itu tidak mencakup seluruh kepentingan manusia pada setiap masa.
Dengan demikian pastilah risalahnya itu risalah yang baik untuk diterapkan kepada semua umat didunia ini. Hal ini tidak diketahui oleh semua orang bahkan kebanyakan manusia menolak dan menantangnya.
Setelah membuktikan keesaan Allah dan menampik sembahan-sembahan dan kepercayaan kaum musyrikin, ayat di atas beralih guna membicarakan kenabian Nabi Muhammad SAW dengan menyatakan bahwa Allah Yang Maha Esa dan Kuasa itu telah mengutus Rasu-Nya dengan membawa bukti kebenaran, yaitu Al Quran. Kemudian Allah SWT mengarahkan firman-Nya kepada Nabi Muhammad SAW dengan menyatakan bahwa: Dengan sebagaimana Kami telah menganugerahkan keutaman kepada Daud (ayat 10) Kami pun mengutusmu, melainkan menyeluruh kepada umat manusia sebagai pembawa berita gembira bagi mereka yang melaksanakan ajaran yang engkau sampaikan dan pemberi peringatan bagi yang enggan mempercayaimu, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui bahwa enngkau adalah Rasul-Nya lebih-lebih lagi bahwa engkau Kami utus untuk seluruh manusia kapan dan dimana pun.
Ayat di atas tidak lagi menggunakan bentuk perintah untuk menyampaikan fungsi Nabi Muhammad SAW sebagaimana bentuk perintah pada ayat-ayat yang lalu. Ini agaknya untuk mengingatkan seluruh manusia betapa tinggi kedudukan Rasul SAW di sisi Allah SWT, dan begitu pula betapa tinggi kedudukan ilmu.

4. Nilai Tarbawi
Nilai tarbawi yang dapat di ambil dari surat Saba’ ayat 29 adalah:
1.        Bahwa Allah mengutus Rasululloh supaya memerhatikan dan mengurus umatnya serta mengantar mereka menuju kebahagian. Bergitupun dengan tujuan seorang pendidik adalah Memerhatikan dan mengurus peserta didiknya serta mengantar mereka menuju kebahagian di masa depan kelak.
2.         Ilmu merupakan berita gembira bagi orang-orang yang mempercayai dan mengamalkan risalah yang dibawanya itu dan sebagai pembawa peringatan kepada orang-orang yang mengingkarinya atau menolak ajaran-ajarannya.
3.         Peraturan-peraturan dan syariat hukum-hukum Islam merupakan peraturan dan hukum yang layak dan baik untuk dijalankan disetiap tempat dan disetiap masa.
  4.         Seorang pendidik hendaknya mengaitkan dalam setiap pembelajarannya betapa tinggi kedudukan Rasul Saw. di sisi Allah Swt. dan begitu pula betapa tinggi kedudukan ilmu.

5. Analisa
Menurut John Dewey (AS, 1859-1952) menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi warganegara yang baik[13].Pernyataan John Dewey ini sesuai dengan ayat diatas bahwa seorang pendidik harus memberi pengajaran dan peringatan kepada peserta didiknya yang masih belum paham, baik berupa ilmu maupun peraturan-peraturan dan hukum-hukum yang ada di negara juga hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang di syari’atkan oleh Islam supaya menghantarkan peserta didik menjadi warga negara yang baik dan bahagia kelak di masa depannya.



Kesimpulan
Dari penjelasan QS. Saba ayat 28 dapat disimpulkan bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad Saw adalah untuk menyampaikan kabar gembira dengan membawa risalah dan peraturan-peraturan serta hukum-hukum yang dapat menjadikan hidup manusia nyaman dan bahagia dunia juga akhirat. Selain itu, bahwa di jelaskan begitu tingginya kedudukan ilmu.
Begitu juga tujuan akhir pendidikan adalah supaya menjadi manusia yang utuh, yang bahagia di dunia juga di akhirat.








Daftar Pustaka
Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya,PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994.

Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya
.

Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1988.

Enung K Rukiati,Sejarah Pendidikan Islam di indonesia,Bandung: CV Pustaka Setia, 2006
.

Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 1995
.

H Munawir Cholil, Kelengkapan tarikh Nabi Muhammad SAW, Bulan Bintang, Jakarta, 1976
.

Sayyid Quthub, Konsepsi sejarah Dalam Islam, Yayasan Al-Amin, Jakarta, 1984

A. Mustafa, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.
Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendiidikan Islam klasik, Bandung: Percetakan Angkasa, 2005
.

A. Mustafa, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
.
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, yokyakarta: Kalam Mulya, 2006





[2]Ramayulis, 2011.

[3]Nouruzzaman Shiddiqie, 1983

[4]Abdurrahman Ibn Khaldun, 1986
[5]Ramayulis, 2011
[7]Nasruddin Razak,1989
[8]Harun Nasution, 2002
[9]Harun Nasution, 2002
[10]Ramayulius, 2011
[11]Enung K Rukiati, 2006
[12]Shihab, al-misbah,volume 11, 2009:  h 621-622
[13]Ahmadi dan Uhbiyati, 2003:h 134

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NOVEL "JERUK MAKAN JERUK "

Pagi duniaku, Suasana pagi yang sejuk bagi seorang pemuda yang mencoba menjadi seorang pendidik di sebuah lembaga MTs dipedalaman desa...