BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sejarah
Kata sejarah secara etimologi menurut Louis
Ma’luf seperti yang dikutip oleh Drs. Hasbullah, di dalam bahasa Arab,
perkataan sejarah disebut tarikh atau sirah yang berarti ketentuan masa atau
waktu, dan ‘ilm tarikh yang berarti ilmu yang mengandung atau membahas
penyebutan peristiwa atau kejadian, masa atau terjadinya peristiwa, dan
sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut.atau asal katanya Sejarah
diambil dari berbagai macam bahasa. Diantaranya:
a. Kata dalam bahasa Arab yaitu syajaratun artinya pohon.
b. Mereka mengenal juga kata syajarah annasab, artinya pohon
silsilah.
c.
Pohon dalam hal ini dihubungkan
dengan keturunan atau asal usul keluarga raja/ dinasti tertentu.
Hal ini dijadikan elemen utama
dalam kisah sejarah pada masa awal. Dikatakan sebagai pohon sebab pohon akan
terus tumbuh dan berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih
komplek/ maju. Sejarah seperti pohon yang terus berkembang dari akar sampai ke
ranting yang terkecil.
a.
Dalam bahasa Jerman, yaitu Geschichte
berarti sesuatu yang telah terjadi.
b.
Dalam bahasa Belanda yaitu Geschiedenis,
yang berarti terjadi.
c.
Dalam bahasa Inggris yaitu History,
artinya masa lampau umat manusia.
Kata History sebenarnya
diturunkan dari bahasa latin dan Yunani yaitu Historia artinya
informasi/pencarian, dapat pula diartikan Ilmu. Hal ini menunjukkan bahwa
pengkajian sejarah sepenuhnya bergantung kepada penyelidikan terhadap
perkara-perkara yang benar-benar pernah terjadi.
a. Istor dalam bahasa Yunani artinya orang pandai Istoria artinya
ilmu yang khusus untuk menelaah gejala-gejala dalam urutan kronologis[1].
b. sejarah dalam
bahasa Arab disebut Tarikh, yang bermakna ketentuan masa. Kata tarikh bermakna
juga perhitungan tahun. Dalam Al-Qur’an sejarah disebut dengan qihash,
sebagaimana firman Allah SWT : “ maka bacalah kisah-kisah tersebut.” (Q.S. 6
:130). Al-Quran mengandung nilai-nilai transhistoris artinya Al-Quran
diturunkan dalam realita sejarah. Sebab
Al-Quran turun sebagai respon kongkrit terhadap sejarah kurun waktu, pristiwa tertentu,
dan tempat tertentu. Literatur inggris menyebut sejarah dengan history, yang
berarti pengalaman massa lampau dari umat manusia[2].
Adapun
secara terminology sejarah berarti
sejumlah keadaan dan peristiwa yang terjadi di masa lampau dan
benar-benar terjadi pada diri individu dan masyarakat
berbagai macam istilah sebagai berikut:
a.
stilah sejarah, dalam pengertian terminologis atau istilahi,
juga memiliki beberapa variasi redaksi. R.G. Collingwood, misalnya
mendefinisikan sejarah dengan ungkapan history is the history of thought (Sejarah
adalah sejarah pemikiran); history is a kind of research or inquiry (Sejarah
adalah sejenis penelitian atau penyelidikan). Pada kesempatan lain, Collingwood
memaknakan sejarah (dalam artian penulisan sejarah atau historiografi), seperti
membangun dunia fantasi (are peaple who bulid up a fantasy-word).
b. Nouruzzaman
Shiddiqie mendifinisikan sejarah sebagai peristiwa masa lampau yang tidak hanya
sekadar memberi informasi tentang terjadinya peristiwa itu, tetapi juga
memberikan interpretasi atas
peristiwa yang terjadi dengan melihat hukum sebab-akibat[3].
c. Jauh
sebelumnya, Ibn Khaldun (1332 – 1406), dalam kitabnya al-Muqaddimah, telah
mendefinisikan sebagai catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban
dunia; tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu,
seperti kelahiran, keramah-tamahan, dan solidaritas golongan; tentang revolusi
dan pemberontakan rakyat melawan golongan lain; akibat timbulnya
kerajaan-kerajaan dan negara dengan tingkatan bermacam-macam kegiatan dan
kedudukan orang, baik untuk mencapai kemajuan kehidupannya, berbagai macam ilmu
pengetahuan, dan pada umunya tentang segala macam perubahan yang terjadi di
dalam masyarakat karena watak masyarakat itu sendiri.[4]
d.
Secara
Terminologi sejarah berarti keterangan yang telah terjadi dikalangan masyarakat
pada masa lampau atau masa sekarang. Pengertian sejarah selanjutnya adalah
catatan yang berhubungan dengan kejadian yang masa lampau yang diabadikan dalam
laporan-laporan tertulis dan ruang lingkup yang luas.[5]
Secara
epistimologi Sejarah adalah ilmu pengetahuan dengan umumnya yang berhubungan dengan cerita bertarikh sebagai hasil penfsiran
kejadian-kejadian dalam masyarakat manusia pada waktu
yang telah lampau atau tanda-tanda yang lain.
Berdasarkan asal kata dan istilah tersebut maka sejarah dapat diartikan
sebagai sesuatu yang telah terjadi pada waktu lampau dalam kehidupan umat
manusia. Sejarah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia dan bahkan
berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dari tingkat yang
sederhana ke tingkat yang lebih maju atau modern. Berdasarkan bahasa Indonesia,
sejarah mengandung 3 pengertian: Sejarah adalah silsilah atau asal-usul,
Sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa
lampau, Sejarah adalah ilmu, pengetahuan, dan cerita pelajaran tentang kejadian
atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau. Jadi pengertian sejarah
adalah suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau
dalam kehidupan umat manusia.
B. Pengertian Pendidikan
Pendidikan secara etimologi berasal dari kata 'didik' yang artinya
memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran. Secara gamblang pendidikan bisa diartikan sebagai proses pengubahan
sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan : proses, cara, perbuatan
mendidik. Berikut ini arti
pendidikan dari beberapa bahasa:
a.
Bahasa Yunani : berasal dari
kata Pedagogi, yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya
membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan
seni mengajar anak (the art and science of teaching children).
b.
Bahasa Romawi : berasal dari
kata educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi
anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia.
c.
Bangsa Jerman : berasal dari
kata Erziehung yang setara dengan educare, yaitu : membangkitkan kekuatan
terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak.
d.
Bahasa Jawa : berasal dari
kata panggulawentah (pengolahan), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan
perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak[6].
Mendefinisikan pengertian pendidikan secara terminologi adalah
ditinjau dari berbagai tokoh tentu memiliki berbagai perbedaan, tetapi untuk
memahami pengertian pendidikakn paling tidak dibutuhkan beberapapengertian :
a.
Menurut Ngalim
Purwanto yang dikutip oleh Akmal Hawi Pendidikan adalah pimpinan yang diberikan
denga sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani
dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat.
b.
Menurut Hasan
Langgulung dikutip oleh Akmal Hawi Pendidikan merupakan proses pemindahan nilai
pada suatu masyarakat kepada setiap individu yang ada di dalamnya dan proses
pemindahan niali-nilai budaya itu melalui pengajaran dan indoktrinasi (Akmal Hawi, 2008)
Secara
epistimologi pendidikan adalah ilmu
yang mempelajari serta memperoses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan adalah usaha
sadar danterencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. (UU.SISDIKNAS, 2008)
C. Pengertian Islam
Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi)
kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata
itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh.
Sebagaimana firman Allah SWT,
“Bahkan, barangsiapa aslama (menyerahkan diri)
kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya
dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati” (Q.S. 2:112).
ü Ada juga
pendapat, akar kata yang membentuk kata “Islam” setidaknya ada empat yang berkaitan satu sama lain
ü Aslama. Artinya
menyerahkan diri. Orang yang masuk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah
SWT. Ia siap mematuhi ajaran-Nya.
ü Salima. Artinya
selamat. Orang yang memeluk Islam, hidupnya akan selamat.
ü Sallama.
Artinya menyelamatkan orang lain. Seorang pemeluk Islam tidak hanya
menyelematkan diri sendiri, tetapi juga harus menyelamatkan orang lain (tugas
dakwah atau ‘amar ma’ruf nahyi munkar).
ü Salam. Aman,
damai, sentosa. Kehidupan yang damai sentosa akan tercipta jika pemeluk Islam
melaksanakan asalama dan sallama[7]
Adapun pengertian Islam dari segi terminologi,
banyak para ahli yang mendefinisikannya; di antaranya Prof. Dr. Harun Nasution.
Ia mengatakan bahwa Islam menurut istilah (Islam sebagai agama) adalah agama
yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi
Muhammad saw. sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang
bukan hanya mengenal satu segi, tetapi menganal berbagai segi dari kehidupan
manusia[8].
Sementara itu Maulana Muhammad Ali mengatakan
bahwa Islam adalah agama perdamaian; dan dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan
Allah dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata bahwa
agama Islam selaras benar dengan namanya. Islam bukan saja dikatakan sebagai
agama seluruh Nabi Allah, sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an, melainkan pula
pada segala sesuatu yang secara tak sadar tunduk sepenuhnya pada undang-undang
Allah.
Sedangkan
Islam menurut kaca mata Epistemologi adalah Islam sebagai ilmu. Islam memang mempunyai banyak aspek yang bisa melahirkan disiplin
ilmu berbeda, seperti hukum, seni, dan sebagainya.
Islam adalah di ucapkan dengan lisan, di benarkan dengan hati dan di
buktikan dengan perbuatan bahwa tiada tuhan selain Allah SWT dan Muhammad SAW
adalah utusannya. Islam juga di artikan sebagai ketundukan pada Allah SWT,
Islam adalah Wahyu Allah, Islam adalah Agama Para Nabi dan Rasul, Islam adalah
Hukum-hukum Allah di dalam Alquran dan Sunnah, Islam adalah Jalan Allah Yang
Lurus Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup bagi seorang muslim,
Islam Pembawa Keselamatan Dunia dan Akhirat[9].
D. Pengertian Sejarah
Pendidikan Islam
Pengertian
sejarah pendidikan Islam yaitu:
a.
Keterangan
mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam didunia islam dari waktu
kewaktu, dari suatu Negara kenegara lain dari masa Rasulullah SAW samapai masa
sekarang.
b. Sebagai cabang
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan islam didunia islam baik dari segi ide dan konsepsi maupun segi
intitusi dan oprasional sejak masa Rasulullah SAW hingga sekarang.[10]
1.
Urgensi dari mempelajari
Sejarah Pendidikan Islam
Urgensi dalam
mempelajari sejarah pendidikan islam adalah Dari mengkaji sejarah kita dapat memperoleh informasi tentang pelaksaan
pendidikan islam dari zaman Rosulullah sampai sekarang, mulai dari pertumbuhan,
perkembangan, kemajuan, kemunduran dan kebangkitan kembali dari pendidikan
islam. Dari sejarah dapat diketahui bagaimana yang terjadi dalam
penyelenggaraan pendidikan islam dengan segala ide, konsep, institusi, sistem,
dan opersionalnya yang terjadi dari waktu ke waktu
Ada beberapa
urgensi akademis lainnya dari studi sejarah pendidikan Islam:
1.
Sejarah pendidikan dapat membedakan mana yang
bernilai tinggi dan mana yang tidak, sehingga terhindar dari tindakan-tindakan
menyesatkan dan salah di dalam melaksanakan usaha-usaha pendidikan.
2.
Sejarah pendidikan dapat memberikan pegangan
sehingga tidak terjadi anggapan bahwa yang sudah lama itu memiliki nilai rendah
dan yang baru itu bernilai tinggi.
3.
Sejarah pendidikan dapat memberikan kesadaran
bahwa pendidikan hendaknya disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
4.
Sejarah pendidikan dapat memberikan keinsyafan
bahwa pendidikan dan tugas pendidik itu sangat berat tapi berarti.
5.
Dengan mempelajari sejarah pendidikan akan
diperoleh model-model sistem pendidikan yang baik.
2.
Tujuan dari mempelajari
Sejarah Pendidikan Islam
Sejarah Pendidikan Islam mempunyai tujuan sebegai berikut:
1.
Sebagai cermin ilmu sejarah pendidikan islamberusaha menafsirkan pengalaman masa lampau pendidikan Islam dalam berbagai kegiatan. Akan tetapi sejalan
dengan perkembangan bahwa tidak semua kagiatan pendidikan Islam berjalan mulus terkadang menemukan
rintangan-rintangan tertentu sehingga dalam proses kegiatannya mendapat sesuatu
yang tidak diharapkan, maka kita perlu bercermin atau dengan kata lain
mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian masa lampau sehingga sejarah pendidikan Islam itu bagi masa menjadi cermindan dapat diambil
manfaatnya khususnya bagi perkembangan pendidikan islam.
2.
Sebagai pembanding, suatu peristiwa yang
berlangsung dari masa ke masa tentu memiliki kesamaan dan kekhususan. Dengan
demikian hasil proses pembanding antara masa silam, sekarang, dan yang akan
datang diharapkan dapat memberi andil bagi perkembangan pendidikan islam karena
sesungguhnya tarikh itu menjadi cermin perbandingan bagi masa yang baru.
3.
Sebagai perbaikan, setelah berusaha menafsirkan
pengalaman masa lampau manusia dalam berbagai kegiatan kita berusaha pula untuk
memperbaiki keadaan yang sebelumnya kurang konstruktif menjadi lebih
konstruktif[11].
4.
Mengetahui dan memahami pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan islam, sejak zaman lahirnya sampai masa sekarang.
5.
Mengambil manfaat dari proses pendidikan islam,
guna memecahkan problematika pendidikan islam pada masa kini.
6.
Memiliki sikap positif terhadap perubahan-perubahan dan
pembaharuan-pembaharuan sistem pendidikan islam.
7.
Selain itu sejarah pendidikan islam akan mempunyai kegunaan dalam rangka
pembangunan dan pengembangan pendidikan islam. Dalam hal ini, sejarah
pendidikan islam akan memberikan arah kemajuan yang pernah dialami sehingga
pembangunan dan pengembangan itu tetap berada dalam kerangka pandangan yang
utuh dan mendasar (Zuhairini, 1997)
8.
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari
tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk
menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan
akhirat.
9.
Tujuan khusus yang
lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praktis, sehingga konsep pendidikan Islam
jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam
dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini dirumuskan
harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang
telah dicapai. Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum
pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah
3.
Komponen-komponen Sejarah Pendidikan Islam
Sejarah
pendidikan merupakan uraian sistematis dari segala sesuatu yang telah dipikirkan dan dikerjakan dalam lapangan pendidikan pada
waktu yang telah lampau. Sejarah pendidikan
menguraikan perkembangan pendidikan dari dahulu hingga sekarang.
Oleh karena itu, sejarah pendidikan sangat erat kaitannya dengan beberapa ilmu antara lain:
1. Sosiologi
Interaksi
yang terjadi baik antara individu maupun antara golongan, dimana dalam hal ini menimbulkan suatu dinamika. Dinamika dan
perubahan tersebut bermuara pada terjadinya mobilitas
sosial semua itu berpengaruh pada sistem pendidikan
islam. Serta kebijaksanaan pendidikan islam yang dijalankan pada suatu masa.
2. Ilmu sejarah
Membahas
tentang perkembangan peristiwa-peristiwa atau kejadian –kejadian penting di masa lamp au
dan juga dibahas segala ikhwal “orang-orang besar” dalam
struktur kekuasaan dalam politik karena umumnya orang-orang yang besar cukup dominan pengaruhnya dalam menetukan sistem,
materi, tujuan pendidikan, yang berlaku pada masa itu.
3. Sejarah kebudayaan
Dalam
hubungan ini pendidikan berarti pemindahan isi kebudayaan untuk menyempurnakan segala dan kecakapan anak didik guna
menghadapi persoalan-persoalan dan harapan-harapan
kebudayaannya, pendidikan islamadalah usaha mewariskan
nilai-nilai budaya dari suatu generasi ke generasi selanjutnya.
Oleh karenanya mempelajari sejarah kebudayaan dalam rangka memahami
sejarah islam adalah sangat penting.
E. Pendidikan dalam
disiplin ilmu tafsir surah Saba’ ayat 28
Surat Saba’ Ayat 28
1. Ayat dan
Terjemah
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَافَّةً
لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ (٢٨)
Artinya:
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui”.
2. Tafsir Mufrodat
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ: dan tidak Kami mengutus kamu
إِلاَّ : melainkan
كَافَّةً : seluruh
لِلنَّاسِ : untuk manusia
بَشِيرًا : pembawa kabar gembira
وَنَذِيرًا : dan pemberi peringatan
وَلَكِنَّ : tetapi
أَكْثَرَ : kebanyakan
النَّاسِ :manusia
لاَ
يَعْلَمُونَ : mereka tidak mengetahui
Kata
(كافّة) kaaffah, menurut
Thabaathabaa’i dan beberapa ulama lain, terambil dari kata (كفّ)kaffayang berarti menghalangi.
Atas dasar itu, mereka memahami penggalan ayat di atas bermakna : Kami
tidak mengutusmu kecuali berfungsi sebagai penghalang yang sangat unggul
terhadap manusia agar mereka tidak melakukan aneka kedurhakaan. Ini dikuatkan
oleh kalimat sesudahnya yaitu basyiiran wa nadzriian. Banyak ulama
memahami kata kaaffah dalam arti semua
dan ia pada ayat ini berfungsi menjelaskan keadaan an-naasl manusia. Dengan
demikian, ayat ini menganugerahkan risalah Nabi Muhammad SAW yang mencakup
semua manusia. Ayat ini, menurut mereka, berarti Kami tidak mengutusmu kecuali
pengutusan untuk seluruh manusia. Pendapat ini sejalan dengan fungsi Nabi Muhammad
SAW yang diutus membawa rahmat bagi seluruh alam.
3. Tafsir ‘Am
Ayat
ini pun dipahami oleh Thabaathabaa’i sebagai mengandung argumentasi tentang
keesaan Allah SWT. Ulama ini menulis bahwa: “Risalah atau pengutusan para Nabi
merupakan salah satu keniscayaan keesaan Allah SWT karena Tuhan selalu
memerhatikan dan mengurus hamba-hamba-Nya serta mengantar mereka menuju
kebahagiaan. Keumuman risalah Nabi Muhammad SAW dimana beliau merupakan utusan
Allah SWT bukan utusan selain-Nya membuktikan bahwa Tuhan tidak lain kecuali
Allah SWT. Seandainya ada tuhan lain, tentu yang lain pun akan mengutus
utusannya kepada sebagian masyarakat umat manusia, dan dengan demikian, risalah
Nabi Muhammad SAW tidak mencakup seluruh manusia . Tetapi ternyata, tidak ada
seorang pun yang mengaku utusan tuhan “yang lain” itu. Dalam konteks ini,
Sayyidinaa Ali r.a berkata: “Seandainya Tuhanmu memiliki sekutu pastilah Rasul
‘sekutu-Nya’ itu datang juga menemui Anda.” Selanjutnya, Thabaathabaa’i
memahami firman-Nya: Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui dalam
arti kebanyakan manusia tidak megetahui bahwa keterbatasan sumber pengutusan
rasul-rasul hanya dari Allah SWT merupakan bukti keterbatasan ketuhanan hanya
pada Allah SWT semata-mata[12].
Pada ayat ke-28 ini
dijelaskan pula bahwa Allah SWT menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW bukan saja
sebagai utusan kepada seluruh manusia, tetapi beliau juga bertugas sebagai
pembawa berita gembira bagi orang-orang yang mempercayai dan mengamalkan
risalah yang dibawanya itu dan sebagai pembawa peringatan kepada orang-orang
yang mengingkarinya atau menolak ajaran-ajarannya.
Nabi
Muhammad SAW adalah Nabi penutup, tidak adalagi Nabi dan Rasul yang diutus oleh
Allah SWT setelahnya. Dengandemikian, pastilah risalah yang dibawanya itu
berlaku untuk seluruh manusia sampai hari kiamat. Dan karena risalahnya itu
adalah risalah yang terakhir, maka didalam risalahnya tercapailah
peraturan-peraturan dan syariat hukum-hukum yang layak dan baik untuk
dijalankan disetiap tempat dan disetiap masa, karena risalah yang dibawanya itu
bersumber dari Allah Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Dialah yang
menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada pada keduanya. Dialah yang
mengatur semuanya itu dengan peraturan yang amat teliti sehingga semuanya
berjalan dengan baik dan harmonis. Allah SWT yang demikian besar kekuasaan-Nya
tidak mungkin akan menurunkan suatu risalah yang mencakup seluruh umat manusia
jika peraturan-peraturan dan syariat itu tidak mencakup seluruh kepentingan
manusia pada setiap masa.
Dengan
demikian pastilah risalahnya itu risalah yang baik untuk diterapkan kepada
semua umat didunia ini. Hal ini tidak diketahui oleh semua orang bahkan
kebanyakan manusia menolak dan menantangnya.
Setelah
membuktikan keesaan Allah dan menampik sembahan-sembahan dan kepercayaan kaum
musyrikin, ayat di atas beralih guna membicarakan kenabian Nabi Muhammad SAW
dengan menyatakan bahwa Allah Yang Maha Esa dan Kuasa itu telah mengutus
Rasu-Nya dengan membawa bukti kebenaran, yaitu Al Quran. Kemudian Allah SWT
mengarahkan firman-Nya kepada Nabi Muhammad SAW dengan menyatakan bahwa: Dengan
sebagaimana Kami telah menganugerahkan keutaman kepada Daud (ayat 10) Kami pun
mengutusmu, melainkan menyeluruh kepada umat manusia sebagai pembawa berita
gembira bagi mereka yang melaksanakan ajaran yang engkau sampaikan dan
pemberi peringatan bagi yang enggan mempercayaimu, tetapi kebanyakan
manusia tiada mengetahui bahwa enngkau adalah Rasul-Nya lebih-lebih lagi
bahwa engkau Kami utus untuk seluruh manusia kapan dan dimana pun.
Ayat
di atas tidak lagi menggunakan bentuk perintah untuk menyampaikan fungsi Nabi
Muhammad SAW sebagaimana bentuk perintah pada ayat-ayat yang lalu. Ini agaknya
untuk mengingatkan seluruh manusia betapa tinggi kedudukan Rasul SAW di sisi
Allah SWT, dan begitu pula betapa tinggi kedudukan ilmu.
4. Nilai Tarbawi
Nilai tarbawi yang dapat di ambil dari surat
Saba’ ayat 29 adalah:
1. Bahwa Allah
mengutus Rasululloh supaya memerhatikan dan mengurus umatnya serta mengantar
mereka menuju kebahagian. Bergitupun dengan tujuan seorang pendidik adalah
Memerhatikan dan mengurus peserta didiknya serta mengantar mereka menuju
kebahagian di masa depan kelak.
2. Ilmu merupakan
berita gembira bagi orang-orang yang mempercayai dan mengamalkan risalah yang
dibawanya itu dan sebagai pembawa peringatan kepada orang-orang yang
mengingkarinya atau menolak ajaran-ajarannya.
3. Peraturan-peraturan
dan syariat hukum-hukum Islam merupakan peraturan dan hukum yang layak dan baik
untuk dijalankan disetiap tempat dan disetiap masa.
4. Seorang
pendidik hendaknya mengaitkan dalam setiap pembelajarannya betapa tinggi
kedudukan Rasul Saw. di sisi Allah Swt. dan begitu pula betapa tinggi kedudukan
ilmu.
Menurut John Dewey (AS, 1859-1952) menyatakan
bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi warganegara yang baik[13].Pernyataan John Dewey ini sesuai dengan ayat
diatas bahwa seorang pendidik harus memberi pengajaran dan peringatan kepada
peserta didiknya yang masih belum paham, baik berupa ilmu maupun
peraturan-peraturan dan hukum-hukum yang ada di negara juga hukum-hukum dan
peraturan-peraturan yang di syari’atkan oleh Islam supaya menghantarkan peserta
didik menjadi warga negara yang baik dan bahagia kelak di masa depannya.
Kesimpulan
Dari penjelasan QS. Saba ayat 28 dapat
disimpulkan bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad Saw adalah untuk menyampaikan
kabar gembira dengan membawa risalah dan peraturan-peraturan serta hukum-hukum
yang dapat menjadikan hidup manusia nyaman dan bahagia dunia juga akhirat.
Selain itu, bahwa di jelaskan begitu tingginya kedudukan ilmu.
Begitu juga tujuan akhir pendidikan adalah
supaya menjadi manusia yang utuh, yang bahagia di dunia juga di akhirat.
Daftar Pustaka
Drs. Hasbullah,
Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangannya,PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994.
Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya.
Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1988.
Enung K Rukiati,Sejarah Pendidikan Islam di indonesia,Bandung: CV Pustaka Setia, 2006.
Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 1995.
H Munawir Cholil, Kelengkapan tarikh Nabi Muhammad SAW, Bulan Bintang, Jakarta, 1976.
Sayyid Quthub, Konsepsi sejarah Dalam Islam, Yayasan Al-Amin, Jakarta, 1984
Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya.
Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1988.
Enung K Rukiati,Sejarah Pendidikan Islam di indonesia,Bandung: CV Pustaka Setia, 2006.
Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 1995.
H Munawir Cholil, Kelengkapan tarikh Nabi Muhammad SAW, Bulan Bintang, Jakarta, 1976.
Sayyid Quthub, Konsepsi sejarah Dalam Islam, Yayasan Al-Amin, Jakarta, 1984
A. Mustafa,
Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.
Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendiidikan Islam klasik, Bandung: Percetakan Angkasa, 2005.
A. Mustafa, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.
Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendiidikan Islam klasik, Bandung: Percetakan Angkasa, 2005.
A. Mustafa, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam,
yokyakarta: Kalam Mulya, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar