BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan
manusia memang selalu berubah dan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman,
demikian juga dalam pendidikan dan pembelajaran. Pembelajaran yang dahulu sudah
ada terus berkembang sampai saat ini dan akan terus berkembang di masa yang
akan datang. Kalau dahulu kita mengenal teori pembelajaran behavioristik
sebagai pembelajaran klasik (tradisional) maka saat ini, kita mengenal teori
pembelajaran kontemporer atau teori pembelajaran yang dipakai di era modern
ini.
Sampai
sekarang ini, banyak orang yang mencari-cari teori pembelajaran yang tepat agar
bisa mendapatkan hasil optimal. Ketika teori pembelajaran satu tidak lagi
memberikan hasil yang memuaskan, maka orang akan mencoba teori pembelajaran
lain. Ketika teori pembelajaran klasik tidak lagi sesuai dengan perkembangan
belajar manusia maka orang akan beralih pada teori pembelajaran modern
(kontemporer). Akan tetapi tradisi dari para pendahulu jangan ditinggalkan
begitu saja, seperti dalam maa
qolah “المحافظة
على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح” (memelihara tradisi yang baik dan mengambil tradisi baru yang
lebih baik).
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Pengertian Pembelajaran?
2. Bagaimana Pembelajaran Modern itu?
3. Bagaimana perubahan- perubahan yang
terjadi pada pembelajaran tradisional menjadi pembelajaran modern?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran
adalah suatu upaya sadar guru untuk membantu siswa atau anak didik, agar mereka
dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.[[1]] Pembelajaran
merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran sangat dominan untuk
mewujudkan kualitas baik proses maupun output (kelulusan) pendidikan.
Pembelajaran juga memiliki pengaruh yang menyebabkan kualitas pendidikan
menjadi rendah. Artinya pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan guru
dalam melaksanakan atau mengemas proses pembelajaran. Pembelajaran yang
dilaksanakan secara baik dan tepat, akan memberikan konstribusi sangat dominan
bagi siswa, sebaliknya, pembelajaran yang dilaksnakan dengan cara yang tidak
baik akan menyebabkan potensi siswa sulit di kembangkan atau di berdayakan.[[2]]
Menurut
hasil kajian S. Nasution, bahwa hingga saat ini terdapat tiga model
pembelajaran yang sering dikacaukan dengan pengertian “mengajar”.Pertama,
mengajar adalah menanamkan pengetahuan kepada peserta didik, dengan tujuan agar
pengetahuan tersebut dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh
peserta didik. Mengajar pada tipe pertama ini dianggap berhasil jika
peserta didik menguasai pengetahuan yang ditransferkan oleh guru
sebanyak-banyaknya. Kedua, mengajar adalah menyampaikan kebudayaan kepada
peserta didik. Definisi yang kedua ini pada intinya sama dengan
definisi yang pertama yang menekankan pada guru sebagai pihak yang
aktif. Ketiga, mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik
sehingga terjadi proses belajar.
Definisi
mengajar model pertama dan kedua yang banyak digunakan pada sebagian besar
masyarakat tradisional. Hasilnya adalah peserta didik yang banyak menguasai
bahan pelajaran, namun mereka tidak tahu cara menggunakan dan mengembangkannya.
Mereka seperti seorang anak bayi yang diberikan makanan atau minuman oleh orang
tuanya, namun ia tidak tahu dari mana asalnya makanan dan minuman tersebut,
bagaimana cara membuatnya, dan bagaimana pula cara mendapatkannya. Sementara
itu, definisi mengajar model ketiga, kini mulai banyak digunakan, terutama pada
lembaga-lembaga pendidikan pada masyarakat modern. Hasilnya adalah peserta
didik bukan hanya menguasai bahan pelajaran tersebut, melainkan mereka
mengetahui asal usulnya, cara mendapatkan dan mengembangkannya. Di era global
yang mengharuskan lahirnya lulusan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan
mandiri, model pengajaran yang ketiga itulah yang perlu dilaksanakan. Dengan
menerapkan teori yang ketiga, maka yang terjadi bukan hanya mengajar yang
menghasilkan penguasaan pengetahuan, melainkan juga pembelajaran yang yang
menghasilkan penguasaan terhadap metode pengembangan ilmu pengetahuan,
keterampilan, kepribadian, dan seterusnya. Dengan cara demikian, dengan
sendirinya akan terjadi kegiatan pembelajaran.[[3]]
Berdasarkan
pada kajian di atas, maka sebenarnya yang diharapkan dari penggunaan istilah
pembelajaran adalah usaha membimbing peserta didik dan menciptakan lingkungan
yang memungkinkan terjadinya proses belajar untuk belajar.
B. Teori Pembelajaran Modern
Pembelajaran
modern adalah salah satu hasil dari pesatnya perkembangan teknologi dan
informasi yang mengubah konsepsi dan cara berpikir belajar manusia. Semakin
meningkatnya perkembangan teknologi dan informasi tersebut mengakibatkan teori
pembelajaran behavioristik dipandang kurang cocok lagi untuk dikembangkan bagi
anak didik di sekolah. Oleh karena itu, munculah sebuah teori pembelajaran
konstruktivisme sebagai jawaban atas berbagai persoalan pembelajaran dalam masa
kontemporer.
Teori
kontruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu
saja, melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing individu.
Pengetahuan juga bukan merupakan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses
yang berkembang terus menerus. Dalam proses itu, keaktifan peserta didik sangat
menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya. Ia harus aktif melakukan
kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal
yang dipelajari.[[4]] Disisi
lain, kenyataannya masih banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang
diberikan oleh gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja
dipindahkan, melainkan harus dikontruksikan sendiri oleh peserta didik
tersebut.
Peran
guru dalam pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai
fasilitator yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran,
bimbingan dan bantuan ketika peserta didik mengalami kesulitan belajar, atau
menyediakan media dan materi pembelajaran agar peserta didik itu merasa
termotivasi dan tertarik untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna
hingga akhirnya peserta didik tersebut mampu mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya.
C. Perbedaan Pembelajaran Tradisional dan
Modern
Paradigma
baru pembelajaran di Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Bab IV, Pasal 19
ayat ( 1 ) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 ahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan bakat, minat dan
psikologi peserta didik.
Proses
pembelajaran akan efektif jika diketahui inti kegiatan belajar yang
sesungguhnya. Pada bagian ini akan di bahas perbedaan pembelajaran tradisional
(behavioristik) dan pembelajaran konstruktivistik.
Kegiatan
pembelajaran yang selama ini berlangsung, yang berpijak pada teori
behavioristik, banyak didominasi oleh guru. Guru menyampaikan materi pelajaran
melalui ceramah, dengan harapan siswa dapat memahaminya dan memberikan respon
sesuai dengan materi yang diceramahkan. Dalam pembelajaran, guru banyak
menggantungkan pada buku teks. Materi yang disampaikan sesuai dengan urutan isi
buku teks. Diharapkan siswa memiliki pandangan yang sama dengan buku teks
tersebut. Alternatif-alternatif perbedaan interpretasi di antara siswa terhadap
fenomena sosial yang kompleks tidak dipertimbangkan. Siswa belajar dalam
isolasi, yang mempelajari kemampuan tingkat rendah dengan cara melengkapi buku
tugasnya setiap hari.
Berbeda
dengan bentuk pembelajaran di atas, pembelajaran konstruktivistik membantu
siswa menginternalisasi dan menstranformasi informasi baru. Transformasi
terjadi dengan menghasilkan pengetahuan baru yang selanjutnya akan membentuk
struktur kognitif baru. Pendekatan konstruktivistik lebih luas dan sukar untuk
dipahami. Pandangan ini tidak melihat pada apa yang dapat diungkapkan kembali
atau apa yan dapat diulang oleh siswa terhadap pelajaran yang telah diajarkan
dengan cara menjawab soal-soal tes (sebagai perilaku imitasi), melainkan pada
apa yang dapat dihasilkan siswa, didemonstrasikan, dan ditunjukkannya.
Sedikitnya,
terdapat tujuh perbedaan bentuk implementasi pembelajaran modern dengan
pembelajaran tradisional. Secara rinci perbedaan karakteristik antara
pembelajaran tradisional (behavioristik) dan pembelajaran Konstruktivistik, sebagai
berikut;
1. Pusat pembelajaran
Pada
pembelajaran tradisional berorientasi pada guru atau disebut
dengan Teacher Centered. Di sini proses pembelajaran tergantung pada guru.
Guru bertugas mengajar dan memberi pengetahuan kepada para siswa, sedangkan
siswa hanya mendengarkan saja. Jadi, siswa bersifat pasif karena yang penting
bagi siswa adalah mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru. Siswa dianggap
tidak memiliki pengetahuan lain selain yang diajarkan oleh guru. Guru di
sini dianggap yang “paling pintar” dan menganggap siswa-siswanya ini
tidak tahu apa-apa bila tidak mendapatkan pelajaran dari gurunya karena guru
sebagai satu-satunya sumber pembelajaran. Siswa hampir tidak memiliki
kesempatan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan minat dan keinginannya.[[5]]
Berbeda
dengan pembelajaran tradisional, dalam pembelajaran modern ini telah mengalaimi
pergeseran, yang mulanya berpusat pada guru menjadi berpusatkan pada
siswa (Student Centered). Hal ini siswa berfungsi sebagai subjek dalam
pembelajaran. Pada pembelajaran modern ini siswa memiliki kesempatan yang
terbuka untuk melakukan kreativitas dan mengembangkan potensinya melalui
aktivitas secara langsung sesuai dengan minat dan keinginannya.[[6]] Namun,
di sini bukan berarti guru hanya pasif dan tidak melakukan apapun. Guru lebih
berfungsi membekali kemampuan siswa dalam menyeleksi informasi yang dibutuhkan.
Pengajar dan siswa sama-sama aktif, siswa aktif mengkonstruksi pengetahuan dan
pengajar sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan para siswanya agar
kegiatan belajar mengajar menjadi lebih tearah.
Bentuk
pembelajaran student centered memiliki berbagi model dan pendekatan
dalam proses belajar mengajar. Model tersebut meliputi; model pembelajaran
kontekstual (contextual teaching and learning), model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning), model pembelajaran
tuntas (mastery Learning model), model pembelajaran berdasarkan pemecahan
masalah ( problem solving based learning.) model pembelajaran
berdasarkan proyek (project based learning), dan sebagainya[[7]]
2. Sumber Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat memberikan informasi atau penjelasan, berupa definisi,
teori, konsep dan penjelasan yang berkaitan dengan pembelajaran. Pada sistem
pembelajaran tradisional, sumber pembelajaran masih terbatas pada informasi
yang diberikan oleh guru ditambah sedikit dari buku. Sedangkan sumber belajar
lainnya belum mendapatkan perhatian, sehingga aktivitas belajar siswa kurang
berkembang.[[8]]
Dalam perkembangan selanjutnya, sumber
belajar semakin berkembang, seiring dengan terjadinya kemajuan dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kreatifitas manusia. Sumber belajar yang
bukan manusia, melainkan peralatan yang dibuat manusia yang selanjutnya menjadi
penyambung lidah keinginan manusia biasanya disebut media.
Media merupakan suatu perangkat yang
digunakan untuk mempercepat suatu proses pembelajaran. Dalam hubungan ini
terdapat dua unsur yang terkandung dalam media pembelajaran, yaitu pesan atau
bahan pengajaran yang akan disampaikan yang disebut dengan perangkat lunak
(software), dan alat penampil atau perangkat keras (hardware) Pada pembelajaran
tradisional, media yang digunakan merupakan single media atau media tunggal.
yang dimaksud media tunggal di sini adalah media yang digunakan dalam proses
pembelajaran hanya satu alat dan cara saja. Biasanya dalam pembelajaran
tradisional, media yang digunakan adalah guru itu sendiri. Maksudnya adalah,
cepat lambatnya suatu proses pembelajaran tergantung dari gurunya itu. Guru
juga merupakan suatu media karena guru juga merupakan sumber informasi bagi
para muridnya, dan pada pembelajaran tradisional ini, semua informasi
pengetahuan yang didapat siswa tergantung dari guru itu.
Sedangkan pada pembelajaran modern,
media yang digunakan berupa multimedia. Tidak hanya berkutat pada satu media
tetapi juga pada beberapa media lain yang dapat mempercepat tercapainya tujuan
pembelajaran. Pada zaman multimedia kini, siswa tidak hanya tergantung pada
guru saja. Ada banyak media yang bisa siswa gunakan untuk menunjang proses
pembelajarannya. Selain buku yang menjadi pegangan kebanyakan dari guru, siswa
juga dapat mengakses informasi dan pengetahuan dari majalah, surat kabar juga
dari televisi dan sekarang ini yang lebih sering digunakan adalah mengakses
informasi melalui internet. Di sana terdapat banyak pengetahuan yang mungkin
belum pernah diajarkan oleh guru. Selain itu di dalam kelas juga, guru tidak
hanya dapat menyampaikan materi secara lisan maupun tertulis saja. Namun,
penyampaian pengetahuan yang akan mempengaruhi kecepatan siswa dalam memahami
pengetahuan yang disampaikan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dengan
berkembangnya media elektronik seperti laptop dan LCD proyektor serta berbagai
software lainnya dapat memperjelas dan membantu guru agar dapat menyampaikan
materi secara detail. Selain itu, seiring dengan perkembangan teknologi
informasi yang semakin pesat, dunia pendidikan juga berusaha menyesuaikan
perkembangan tersebut. Hal itu ditandai denan munculnya medel pembelajaran
melalui teknologi internet yang disebut
dengan e-education atau e-learning. Yaitu kegiatan pendidikan
atau pembelajaran melalui media elektronik, khususnya melalui jaringan
internet.mengenai model pembelajaran berbasis komputer dan pembelajaran
berbasis elektronik yang saat ini mulai banyak dipakai di lembaga pendidikan.
a. Pembelajaran berbasis komputer
Pembelajaran berbasis komputer marupakan
pembelajaran yang menggunakan komputer sebagai alat bantu. Melalui pembelajaran
ini, bahan ajar disajikan melalui media komputer sehingga kegiatan proses
belajar mengajar menjadi lebih menarik dan menantang bagi siswa. Dalam
pembelajaran berbasis komputer, siswa akan berinteraksi dan berhadapan dengan
komputer secara individual sehingga pengalaman yang dialami oleh siswa
akan berbeda dengan apa yang dialami siswa lain.menurut Simon (dalam Wena,
2011: 203) terdapat tiga model penyampaian materi pembelajaran berbasis
komputer, yaitu sebagai berikut :
1) Latihan dan praktik
Siswa
diberikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah untuk dipecahkan, kemudian
komputer akan memberi respons atas jawaban yang diberikan siswa.
2) Tutorial
Komputer akan menyadiakan rancangan
pembelajaran yang kompleks yang berisi materi pembelajaran, latihan yang
disertai umpan balik.
3) Simulasi
Model pembelajaran ini menyajikan
pembelajaran dengan sistem simulasi yang berhubungan dengan materi yang
dibahas.
b. Pembelajaran berbasis elektronik
E-Learning merupakan sebuah
inovasi model pembelajaran yang menggunakan teknologi informasi. Jaya Kumar C.
Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarabg pengajaran dan
pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet)
untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Adapula yang
menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan
melalui media internet.
Perbedaan pembelajaran
tradisional dengan e-learning, yaitu guru dianggap sebagai orang yang serba
tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada siswa. Dalam
pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah siswa. Suasana
pembelajaran e-learning akan ‘memaksa’ siswa memainkan peranan yang
lebih aktif dalam pembelajarannya (Suyanto, 2005).
Karakteristik e-learning antara
lain adalah sebagai berikut :
1) Memanfaatkan jasa teknologi elektronik;
dimana guru dan siswa, siswa dan seseama siswa atau guru dan sesama guru dapat
berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang
protokoler.
2) Memanfaatkan keunggulan komputer
(digital media dancomputer networks).
3) Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri
(self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru
dan siswa kapan saja dan dimana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
4) Memanfaatkan jadwal pembelajaran,
kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan
administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.[[9]]
Oleh karena itu, senantiasa belajar
untuk mengimbangi perkembangan zaman sangatlah penting, karena zaman
semakin maju dan pemikiran manusia juga semakin maju.
3. Bentuk kerja
Pada
pembelajaran tradisonal menggunakan cara isolated work. Jadi di sini
menurut penulis yang dimaksud dengan isolated work adalah di mana
cara para siswa dalam belajar adalah dengan belajar sendiri-sendiri atau
bersifat individual. Sehingga tak ada tukar informasi antara mereka. Para siswa
belajar secara individual sehingga mereka hanya bergantung pada kemampuan
mereka masing-masing. Siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi akan egois dan
menggunakan kemampunnya sendiri untuk kepentingannya sendiri tanpa mempedulikan
temannya. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan yang kurang akan kesulitan.
Dalam hal ini, guru tidak memiliki usaha untuk memberi pekerjaan yang sifatnya
kelompok karena penilaian kelompok mungkin dirasa kurang adil. Sehingga tugas
yang diberikan oleh guru adalah tugas yang sifatnya adalah individual. Para
siswa dituntut untuk memecahkan permasalahannya secara mandiri tanpa adanya
kerja sama. Penulis berfikir cara seperti ini mungkin akan menguntungkan siswa
yang memiliki kemampuan yang tinggi karena di sini kemampuan setiap siswa dapat
dibedakan dengan mudah menurut hasil yang mereka peroleh. Namun, bagi siswa yang
memiliki kemampuan tinggi ini, juga ada kerugiannya. Karena mereka hanya
mengandalkan kemampunnya sendiri tapa ada masukan lain sehingga apa yang mereka
peroleh terkadang sedikit kurang memuaskan karena terkadang, dalam memecahkan
masalah kita juga membutuhkan pertimbangan yang bersumber dari luar diri kita.
Begitu pula dengan siswa yang kemampuannya kurang. Tidak mudah untuk memecahkan
masalah sendiri tanpa bantuan orang lain.
Perubahan
yang terjadi pada pembelajaran modern adalah mengutamakan kerjasama. Ada
beberapa model pembelajaran koperatif yang dapat guru terapkan untuk
melaksanakan cara belajar dengan collaborative work ini. Collaborative work
adalah suatu pembelajaran di mana siswanya dituntuk untuk memecahkan suatu
permasalahan dengan cara kerja sama (kolaborasi). Hal paling mudah yang dapat
guru terapkan dalam kelas adalah diskusi. Jadi di sini siswa dibagi menjadi
grup atau minimal satu kelompok dua orang. Lalu mereka diberi sebuah
permasalahn dan pemecahannya harus dikerjakan secara kelompok. Cara belajar ini
cukup efektif bila setiap anggota kelompok dapat menymbangkan atau beraspirasi
dalam memecahkan masalah. Namun, hal ini tidak akan efektif bila hanya beberapa
anak saja yang memiliki andil. Terkadang dalam satu kelompok ada beberapa anak
yang tak mau berdiskusi dan hanya mengandalkan pada satu orang saja untuk
memecahkan masalah. Sehingga akhirnya yang terjadi juga pemecahan masalah dari
satu orang dan akhirnya kembali ke individualisme bukan kerja sama lagi. Tampak
dari luar memang seperti kerja sama, namun kenyataannya hanya beberapa bahkan
hanya satu anak yang memiliki peran. Parahnya lagi bila ada dalam anggota suatu
kelompok dan yang paling dominan adalah siswa yang egois. Maka, hasilnya malah
jadi pemaksaan. Jadi di sini guru harus pintar dan terampil dalam mengawasi
siswa-siswanya dalam melakukan kegiatan pembelajaran kooperatif maupun diskusi.
Agar apa yang mereka peroleh dari hasil belajar mereka adalah benar-benar dari
hasil mereka bertukar pikiran. Bukan hanya dari satu atau beberapa siswa saja.
Di sini juga dituntut agar siswa yang biasanya kurang pede dan minder serta
pendiam dapat mengemukakan pendapatnya dalam forum kerja sama.
4. Informasi
Pada pembelajaran tradisional, salah
satu sifatnya adalah information delivery yaitu penyampaian informasi dari
salah satu pihak. Di sini pihak yang dimaksud adalah guru. Jadi dalam
pembelajaran tradisional, informasi hanya bersumber dari guru. Guru
menyampaikan informasi tentang pembelajaran kepada siswa dan siswa menerimanya.
Jadi di sini, siswa hanya pasif dan guru yang aktif. Siswa tidak memiliki
kesempatan untuk menyampaikan ide yang berupa informasi karena dalam
pembelajaran tradisional, informasi ini mutlak dari guru. Dari penjelasan
tersebut dapat kita ketahui bahwa informasi yang hanya berasal dari guru saja
akan memiliki kelemahan. Hal ini disebabkan karena belum tentu informasi yang
disampaikan oleh guru selalu benar. Ada kalanya guru yang juga seorang manusia
akan melakukan suatu kesalahan yang tak dapat dihindari. Akibatnya, siswa yang
menerima informasi akan menjadi salah dalam meneriman kebenaran informasi yang
ia dapatkan. Dan, adanya perbedaan informasi yang siswa temukan tentunya akan
menyebabkan kebingungan dan ambigu di kalangan para siswa.
Pada pembelajaran modern, sifatnya
adalah information exchange atau dalam istilah bahasa Indonesia adalah
pertukaran informasi. Berbeda dengan pembelajaran tradisional di mana informasi
berasal dari guru saja. Dalam pembelajaran modern terjadi pertukaran informasi
antara guru dan siswa. Jadi, informasi tidak hanya berasal dari guru saja.
Dalam hal ini, guru di dalam belajar mengajar akan memberi informasi mengenai
suatu materi pelajaran yang dipelajari kepada para siswa. Dalam kesempatan ini,
siswa boleh saja menyampaikan kritik atau saran, bahkan mungkin informasi yang
terbaru mengenai materi tersebut kepada sang guru, sehingga guru juga bertambah
pengetahuannya. Dalam era global ini, sangatlah mudah bagi kita dalam mengakses
ilmu pengetahuan yang ada. Bisa kita mengakses berbagai ilmu yang relevan dari
internet. Atau mungkin, kita dapat bertukar informasi dengan teman dunia maya
kita, sehingga pengetahuan yang kita peroleh akan berkembang. Guru pun juga
harus demikian, sebagai guru yang berkembang, harus dapat menyesuaikan dengan
zaman. Kita sebagai guru janganlah suka menang sendiri. Karena menurut
pengalaman ada beberapa guru yang tak mau dikritik dan berpegang teguh bahwa
dirinyalah yang benar. Guru juga harus selalu mencari informasi tentang
berbagai pengetahuan terkini untuk menambah wawasannya, agar tak kalah dengan
siswanya yang tentunya sudah memanfaatkan berbagai fasilitas yang sudah modern
dan berteknologi tinggi. Selain itu, guru juga harus mau bertukar informasi
dengan para siswanya, menelaah berbagai pengetahuan yang masih dipertanyakan
kebenarannya. Hal ini juga sangat bermanfaat bagi perkembangan mental siswa.
Mendidik siswa untuk mau belajar mandiri, namun tetap dalam pengawasan guru.
5. Cara berpikir
Ada pergeseran antara cara berpikir
dalam pembelajaran tradisional dan modern. Dalam pembelajaran tradisional,
menekankan pemikiran yang sifatnya factual, knowledge-based learning. Jadi
di sini penekanan pada pengetahuan yang kita pelajari adalah pada fakta di mana
pembelajaran ini berdasarkan pada suatu pengetahuan. Kebanyakan pada
pembelajaran tradisional hanya mementingkan aspek pengetahuan yang bersifat
faktual saja yang umumnya sudah ada sebelum kita lahir, yang sudah dikemukakan
oleh ahli-ahli pada zaman dahulu. Kebanyakan pembelajaran yang dilakukan adalah
text book. Begitu pula dengan soal-soal yang dikeluarkan hanya bersumber dari
buku-buku yang memuat suatu pengetahuan berdasarkan kurikulum lama. Jadi di
sini, pembelajaran didasarkan pada pengetahuan. Hanya pengetahuan saja yang
diutamakan. Istilah sekarang adalah aspek kognitif. Jadi, penilaian pun juga
hanya pada pengetahuan yang dimiliki oleh siswa saja. Tak peduli bagaimana
siswa itu mendapatkan hasil tersebut, yang penting adalah kenyataan bahwa siswa
tersebut dapat mengerjakan soal sesuai buku. Terkadang siswa hanya menghafal
apa yang ada di dalam buku atau apa yang dicatatkan oleh gurunya. hal ini
menyebabkan informasi dan pengetahuan yang siswa pelajari tidak awet dalam
ingatannya karena mereka hanya menghafal saja tanpa memahami. Padahal yang
terpenting dalam pembelajaran adalah kita memahaminya, sehingga tanpa menghafal
pun, siswa tetap ingat akan apa yang dipelajarinya.
Berbeda dalam pembelajaran modern yang
kini sudah mengalami perubahan. Dalam pembelajarn modern yang diutamakan adalah
critical thinking ang informed decision making. Jadi, dalam pembelajaran
modern, yang diutamakan adalah agar siswanya dapat berpikir secara kritis dan
juga belajar untuk membuat suatu kesimpulan (keputusan) atas informasi atau
pengetahuan yang ia peroleh dalam belajar. Siswa dituntut untuk memahami
mengenai suatu pengetahuan, tidak sekedar menghafal saja. Kemudian, tidak hanya
memahami saja, siswa juga harus dapat menjelaskan mengenai suatu permasalahan
dalam pembelajaran yang bersumber dari ide pikirannya sendiri. Jadi di sini adanya
diskusi sangatlah penting untuk memacu kerja siswa untuk berpikir. Guru dapat
memberikan suatu permasalah kepada siswanya. Kemudian guru dapat meminta
siswanya untuk mendiskusikan masalahnya tersebut dan menemukan pemecahannya.
Jadi di sini, guru sudah melatih siswa untuk dapat berpikir kritis. Sehingga
siswa tidak hanya bergantung saja pada buku atau guru, namun dapat menemukan
penyelesaian masalahnya sendiri. Hal ini sangatlah penting untuk perkembangan
mental siswanya. Tidak hanya aspek kognitif saja yang menjadi perhatian, namun
sikap juga diperhitungkan dalam pembelajaran.[[10]]
6. Evaluasi Belajar
Ada perbedaan penerapan evaluasi belajar
dalam pembelajaran tradisional dan modern. Evaluasi belajar pandangan
tradisional lebih diarahkan pada tujuan belajar. Penilaian hasil belajar atau
pengetahuan siswa dipandang sebagai bagian dari pembelajarandan biasanya
dilakukan dengan cara test. Oleh karena itu, dalam pembelajaran tradisional
penekanan terhadap peserta didik sering hanya pada
penyelesaian tugas.[[11]]
Sedangkan pada pembelajaran modern,
pengukuran proses dan hasil belajar siswa terjalin di dalam kesatuan kegiatan
pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan siswa,
serta melalui tugas-tugas pekerjaan.
7. Pandangan Terhadap Peserta Didik
Siswa-siswa dalam pembejaran tradisional
dipandang sebagai “kertas kosong” yang dapat digoresi informasi oleh guru.
Guru-guru pada umumnya menggunakan cara didaktik dalam menyampaikan informasi
kepada siswanya.
Dalam pembelajaran modern, siswa
dipandang sebagai pemikir-pemikir yang dapat memunculkan teori-teori tentang
dirinya.[[12]] Dari
uraian tersebut, maka peserta didik perlu diberikan modal untuk dapat memunculkan
teori.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran merupakan bagian atau
elemen yang memiliki peran sangat dominan untuk mewujudkan kualitas
baik proses maupun output (kelulusan) pendidikan. Pembelajaran sangat
tergantung dari kemampuan seorang guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
yang dilaksanakan secara baik dan tepat, akan memberikan konstribusi sangat
dominan bagi siswa, sebaliknya, pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara yang
tidak baik akan menyebabkan potensi siswa sulit dikembangkan atau diberdayakan.
Pada zaman dulu, proses pembelajaran
dilaksanakan dengan cara tradisional (Tradisional Learning), dan seiring
berkembangnya zaman, proses pembelajaran semakin maju atau sering disebut
dengan proses pembelajaran modern (New Learning). Pembelajaran tradisional
merupakan pembelajaran dimana secara umum, pusat pembelajaran pada guru, dan
menempatkan siswa sebagai objek dalam belajar. Jadi, disini guru berperan
sebagai orang yang serba bisa dan sebagai satu-satunya sumber belajar.
Sedangkan pembelajaran modern adalah seorang pelajarlah yang harus
mendapatkan penekanan. Mereka yang harus aktif mengembangkan pengetahuan
mereka, bukan pengajar atau orang lain. Mereka harus bertanggung jawab terhadap
hasil belajar. Itulah yang menjadi tolak ukur perbedaan antara pembelajaran
tradisional dan pembelajaran modern.
Sedikitnya, terdapat tujuh perbedaan
dalam pembelajaran tradisional dan modern. Pertama, dalam pusat
pembelajarannya. Kedua, dalam sumber belajrnya. Ketiga, dalam bentuk kerja.
Keempat dalam sistem informasinya. Kelima, dalam pola berfikirnya. Keenam,
dalam evaluasi belajar. Ketujuh, dalam pandangan mengenai peserta didiknya.
B. Saran
Demikianlah makalah tentang perbedaan
pembelajaran tradisional dan modern yang dapat kami sampaikan, semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi pembaca sehingga dapat menjadikan
meningkatnya mutu pendidikan di Indonesia kedepannya, Amin. Apabila terdapat
kekeliruan dan kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Abuddin
Nata, Perspektif Islam tentang Stategi Pembelajaran, Prenada Media Group,
Jakarta 2009,
Agus
N.Cahyo, Panduan Aplikasi teori-teori Belajar Mengajar Aktual dan
Terpopuler, DIVA Press, Jogjakarta; 2013
Arif
Rohman, Memahami Ilmu Pendidikan, CV Aswaja Pressindo, Yogyakarta ;
2013
Asri
Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, PT Rineka Cipta, Jakrta; 2005,
Isriani
Hardini, Dewi Puspitasari, Strategi Pembelajaran Terpadu ( Teori, Konsep,
dan Implementasi), Familia (Group Relasi Inti Media), Yogyakarta; 2012
Mulyono
Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, PT Rineka Cipta,
Jakarta; 1999
Rusman,
Deni Kurniawan, Cepi Riana, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi Mengembangkan Profesionalitas Guru, PT Raja Gravindo Persada,
Jakarta; 2012
Saekan
Muchith, Pembelajaran Kontekstual, Rasail Media Grup, Semarang; 2008
www.Chemanee90edu.wordprees.com
[1]Agus
N.Cahyo, Panduan Aplikasi teori-teori Belajar Mengajar Aktual dan
Terpopuler, DIVA Press, Jogjakarta; 2013. Hal 18
[2]Saekan
Muchith, Pembelajaran Kontekstual, Rasail Media Grup, Semarang; 2008,
hal 1
[3]Abuddin
Nata, Perspektif Islam tentang Stategi Pembelajaran, Prenada Media Group,
Jakarta 2009, Hal 85-86
[4]Asri
Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, PT Rineka Cipta, Jakrta; 2005, hal
58
[5]Rusman, Deni Kurniawan,
Cepi Riana, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Mengembangkan
Profesionalitas Guru, PT Raja Gravindo Persada, Jakarta; 2012, hal 44
[6]Ibid, hal 45
[7]Arif
Rohman, Memahami Ilmu Pendidikan, CV Aswaja Pressindo, Yogyakarta ;
2013. Hal 183-184
[8]Abuddin Nata, Op. Cit,
Hal 295
[9]Isriani Hardini, Dewi
Puspitasari, Strategi Pembelajaran Terpadu ( Teori, Konsep, dan
Implementasi), Familia (Group Relasi Inti Media), Yogyakarta; 2012. Hal
144-147
[10]www.Chemanee90edu.wordprees.com
[11]Mulyono Abdurrahman,
Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta; 1999, Hal 123
[12]Asri Budinigsih, Op.
Cit, Hal 63
Tidak ada komentar:
Posting Komentar