PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP. MAFATIHUL HUDA
TAHUN PELAJARAN 2016-2017
A.
Latar belakang masalah
Keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat yang terbentuk akibat adanya perkawinan berdasarkan
agama dan hukum yang sah. Pengaruh dari keluarga sangatlah penting karena
keluarga merupakan awal dari pembelajaran seorang anak. Dorongan dari keluarga
kepada anaknya salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan yang terbaik
sejak dini. Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan potensi manusia
untuk bangkit dari dunia kebodohan. Di era global seperti ini individu tidak
akan mencapai kehidupannya secara maksimal dan puas tanpa adanya pendidikan.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan
formal di Indonesia.Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari
kelas 1 sampai kelas 6. Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun.
Keluarga
merupakan tempat pertama dimana seorang anak mendapatkan nilai- nilai
kemanusiaanya. Dalam keluarga anak dikenalkan dengan agama, dikenalkan dengan
yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah dan sebagainya. Harapannya
adalah agar seorang anak dapat meneruskan tradisi kebaikan dan menjadi keturunan yang sedap di
pandang mata karena keberhasilannya dalam menempuh kehidupan .
Kewajiban
sebagai orang tua atau pendidik yang pertama, tidak hanya sebagai Pemerhati atau juga Transfer of Knowledge tetapi juga harus dapat mengubah perilaku dan
memberikan motivasi yang positif sehingga anak termotivasi untuk memahami dan
mendalami agama dengan semaksimal mungkin. Hal ini di dukung dengan firman
Allah Dalam
firman-Nya.(“surat At-Tahrim ayat 6”)
Artinya : Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim 66; 6)[1]
Orang tua dan anak
adalah satu ikatan dalam jiwa. Dalam keterpisahan raga, jiwa mereka bersatu
dalam ikatan keabadian. Tak seorang pun dapat mencerai-beraikannya. Ikatan itu
dalam bentuk hubungan emosional antara anak dan orang tua yang tercermin dalam
perilaku.
Anak merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah kepada
orang tua. Anak adalah harta berharga, penyejuk hati, dan investasi terbesar
bagi orang tua. Anak adalah anugerah Allah yang dapat menjadi perantara orang
tua masuk surga. Namun sebaliknya, anak juga merupakan cobaan dan ujian bagi
kedua orang tua, yang karenanya banyak masalah timbul akibat ulahnya. Tiada
hasil tanpa usaha, namun juga tidak ada kesulitan meraih sesuatu selama kita
memiliki tekad yang membaja, kesabaran yang tinggi, dan pengharapan yang kuat.
Salah satu kesalah kaprahan dari orang tua dalam dunia
pendidikan sekarang ini adalah adanya anggapan bahwa hanya sekolahlah yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya, sehingga orang tua
menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru di sekolah. Ada pula dan
tidak sedikit orang ua yang berda di perantauan beranggapan, kalau pendidikan
di desa itu lebih baik dibandingkan di kota, terutama di akidah akhlak anak.
Sehingga tidak sedikit pula anak-anak meraka di titipkan kepada sanak saudara
yang ada dikampung halaman, guna menuntut ilmu didaerah setempat. Anggapan
tersebut tentu saja keliru, sebab pendidikan yang berlangsung di dalam keluarga
adalah bersifat asasi, dan juga pabila anak itu hanya dititipkan tidak sedikit
lepas control karena itulah orang tua
merupakan pendidikan pertama, utama dan kodrati. Dialah yang banyak memberikan pengaruh
dan warna kepribadian seorang anak.
(“Rosulullah
saw bersabda”)
حَقُّ
ْالوَلَدِ
عَلىَ
وَ
اِلدِ
هِ
اَنْ
يُّحِْسنَ
ِاسْمُهُ
وَ
اَدَبَهُ {رواه الحكيم}
Artinya:
“di antara hak orang tua
terhadap anaknya adalah mendidiknya dengan budi pekerti yang baik dan
memberinya nama yang baik.”[2]
Dalam
pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah, prestasi belajar siswa adalah alat
untuk mengukur hasil pembelajaran yang diperoleh siswa dari guru. Prestasi
belajar yang diperoleh siswa bervariasi, karena dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Perbedaan prestasi belajar yang diperoleh siswa, disebabkan oleh faktor
dari dalam diri yang dimiliki masing-masing siswa, dan faktor lingkungan yang
diterima oleh masing-masing siswa dari lingkungannya.
Pendidikan merupakan sebagian dari
fenomena interaksi kehidupan sosial manusia. Menurut K.J. Veeger pada
hakekatnya kehidupan sosial itu terdiri dari jumlah aksi dan reaksi yang tidak
terbilang banyaknya, baik antara perorangan maupun antara kelompok.[3]
Pihak-pihak yang terlibat menyesuaikan diri dengan salah satu pola
perilaku yang kolektif. Kesatuan yang berasal dari penyesuaian diri itu disebut
kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan merupakan bagian dari
interaksi sosial yang telah ada bersamaan dengan kehidupan manusia.
Kian maraknya
pelanggaran nilai moral oleh remaja dapat dipandang sebagai perwujudan rendahnya
disiplin diri. Pemicu utamanya diduga adalah situasi dan kondisi keluarga yang
negatif.[4] Keluarga adalah pondasi utama bagi
pendidikan anak, dimana dia dibentuk oleh orangtua mereka. Orangtua merupakan
guru pertama bagi anak dan sekaligus sebagai panutan dan pembimbing dalam
melewati fase-fase perkembangannya. Kebiasaankebiasaan di lingkungan keluarga
sedikit banyak akan mempengaruhi kebiasaan anak-anak yang ada dalam lingkungan
tersebut karena tipe kepribadian pada masa kanak-kanak adalah imitasi.
Pendidikan merupakan
salah satu aspek yang sangat penting untuk membentuk generasi yang siap
mengganti tongkat estafet generasi tua dalam rangka membangun masa depan.
Karena itu pendidikan berperan mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka
agar mampu mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamik.[5]
Dalam keseluruhan
proses pendidikan tujuannya untuk menyiapkan generasi penerus yang berkualitas,
baik moral maupun intelektual serta berketerampilan dan bertanggung jawab.
Salah satu upaya untuk menyiapkan genearasi penerus tersebut adalah melalui
lembaga pesekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini
berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung
kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.
Hasan Langgulung
menyebutkan bahwa dalam pendidikan mengandung dua aspek, Pertama: Aspek mengajar dan Kedua:
Aspek belajar. Aspek mengajar itu hanyalah suatu cara untuk memantapkan
proses belajar itu. Sedangkan proses belajar berlaku apa sebanarnya yang
terjadi pada manusia.[6]
Masalah belajar adalah
masalah yang selalu aktual dan dihadapi oleh setiap orang.[7] Maka dari itu banyak para ahli-ahli
membahas dan menghasilkan berbagai teori tentang belajar. Dalam hal ini tidak
dipertentangkan kebenaran setiap teori yang dihasilkan, tetapi yang lebih
penting adalah pemakaian teori-teori itu dalam praktek kehidupan yang paling
cocok dengan situasi kebudayaan kita.
Sebagian orang
beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan
fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang
beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya
telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian informasi yang
terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru.
Tidak disangkal lagi
bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sehingga bagi
pelajar sendiri penting untuk mengetahui faktor-faktor yang dimaksud. Hal ini
menjadi lebih penting lagi tidak hanya bagi pelajar tetapi juga bagi
(calon-calon) pendidik, pembimbing dan pengajar didalam mengatur dan
mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sedemikian rupa hingga
dapat terjadi proses belajar yang optimal.
Proses belajar seorang
siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktorfaktor yang mempengaruhi belajar
banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam
diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah yang ada di
luar individu.[8]
Dalam hal ini penulis
lebih menitik beratkan pada faktor ekstern pada siswa salah satunya yaitu
faktor keluarga. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa
cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga. Faktor lingkungan sekolah dan masyarakat juga banyak
mempengaruhi proses belajar siswa.
Pada dasarnya hubungan
orangtua dan anak tergantung pada sikap serta perilaku orangtua dalam keluarga.
Sikap orangtua sangat menentukan terbentuknya hubungan keluarga sebab apabila
hubungan telah terbentuk dengan baik, maka hal ini cenderung untuk di
pertahankan, karenanya sikap orangtua terhadap anak merupakan hasil belajar.
Banyak faktor yang juga menentukan sikap apa yang di pelajari, yang paling umum
diantaranya adalah sebagai berikut: pengalaman awal orangtua sebagai anak (dari
pola asuh orangtuanya yang di terapkan ketika mereka masih anak-anak) serta
nilai budaya mengenai cara terbaik memperlakukan anak. Orangtua yang dahulunya
menerima suatu bentuk pola asuh tertentu seringkali orang akan menerapkan
kembali kepada anak-anak mereka di kemudian hari.
Ketika berbicara
masalah prestasi-prestasi yang telah diraih oleh para siswa sekolah, hal itu
banyak yang mempengaruhi. Disamping model pendidikan yang diterapkan pada
sekolahan terdapat faktor lain, yaitu pendampingan keluarga selama proses
belajar mereka. Pendidikan yang dilakukan di sekolah terbatas pada jam belajar
saja, selebihnya para siswa berada pada lingkungan keluarga maka unsur keluarga
sangat berperan dalam perjalanan belajar siswa. Banyak siswa yang berprestasi
akan tetapi kondisi keluarganya tidak sehat atau bisa dikatakan broken home. Hal ini sangat bertolak
belakang dengan teori yang menyatakan bahwa lingkungan keluarga sangat
berpengaruh dalam proses belajar siswa.
Meski pencapaian
prestasi itu penuh dengan rintangan dan tantangan yang harus dihadapi oleh
seseorang, namun seseorang tidak akan pernah menyerah untuk mencapainya. Di
sinilah nampaknya persaingan dalam mendapatkan prestasi dalam keompok terjadi
secara konsisten dan persisten. Banyak kegiatan yang bisa dijadikan sebagai
sarana untuk mendapatkan prestasi. Semuanya tergantung dari profesi dan
kesenangan masing-masing individu, kegiatan mana yang akan digeluti untuk
mendapatkan prestasi tersebut. Konsekuensinya kegiatan tersebut harus digeluti
secara optimal agar menjadi bagian dari diri secara pribadi.[9]
Penulis menemukan
beberapa realita yang terjadi yaitu ketika seorang orang tua wali murid menitipkan putra-putrinya
tuk belajar di kampung halaman, sedangkan dia sendiri mencari nafkah di kota.
Pada waktu di kota anak biasa disiplin dan rajin belajar, ketika berda di
kampung halaman prestasi anak mengalami penurunan dikarenakan perhatian orang
tua menurun dikarenakaan anak kebiasaan lepas control.
Ada juga seorang teman yang berangkat dari keluarga mampu,
akan tetapi kehidupan belajarnya tidak maksimal maka hasil belajarnya pun
tergolong rendah. Sebaliknya ada seorang yang berangkat dari keluarga pas-pasan
bahkan termasuk miskin akan tetapi prestasinya bagus dan semangat belajarnya
tinggi. Hal ini tentu bertolak belakang dengan iklim pendidikan di Indonesia
yang mana biaya pendidikan semakin tinggi. Maka yang punya kesempatan untuk
mengenyam pendidikan yang bagus adalah mereka yang berangkat dari keluarga
mampu.
Hemat penulis anak
yang mempunyai kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi dan bagus
berkualitas adalah mereka yang berangkat dari keluarga mampu (menengah-ke atas)
dan itu berimplikasi dengan semangat belajar yang tinggi mengingat hanya
sedikit yang bisa menikmati pendidikan dengan kualitas tinggi. Namun pada
kenyataannya banyak diantara mereka yang mengabaikan dan meremehkan kesempatan
itu sehingga tidak sedikit dari mereka yang tidak berprestasi dalam belajarnya.
Sebaliknya banyak
diantara anak-anak yang dari keluarga tidak mampu dan latar belakang pendidikan
keluarganya rendah justru berprestasi dalam belajarnya. Seorang anak ketika
masih kanak-kanak pembentukan mental secara psikologis sangat bergantung sekali
pada pola asuh yang digunakan orangtuanya, sedangkan proses belajar adalah
proses mental, maka penulis disini beranggapan bahwa ada hubungan antara pola
asuh orangtua dengan tingkat belajar siswa yang akhirnya terukur dengan adanya
prestasi belajar. Adanya hubungan antara pola asuh dengan proses mental seorang
anak maka ada juga pengaruhnya dengan prestasi belajar siswa. Atas dasar latar
belakang yang sudah penulis kemukakan diatas, maka penulis mengangkat sebuah
judul “Pengaruh Pola Asuh Orang tua
Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMP Mafatihul Huda Tahun Pelajaran 2016-2017”
B.
Rumusan masalah
Bertitik tolak dari
latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah penelitian
akan diuraikan senagai berikut:
1.
Bagaimanakah Pola Asuh Orang Tua di SMP Mafatihul
Huda Lombang Laok Blega Bangkalan 2016-2017?
2.
Bagaimana Prestasi Belajar siswa di SMP Mafatihul
Huda Lombang Laok Blega Bangkalan 2016-2017?
3.
Adakah pengaruh pola asuh terhadap prestasi belajar
siswa di SMP Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan 2016-2017?
C.
Tujuan penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah diatas tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah:
Setiap pembahasan memerlukan pemecahan
masalah, suatu permasalahan selalu mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
inilah yang memberikan arah dalam pemecahan suatu permasalahan maka dari sini
penulis dapat merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui
Pola Asuh Orang Tua di SMP Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan
2016-2017
2.
Untuk mengetahui
Prestasi Belajar siswa di SMP Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan
2016-2017.
3.
Untuk mengetahui
ada atau
tidaknya pengaruh pola
asuh terhadap prestasi belajar siswa di SMP Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan
2016-2017.
D.
Manfaat penelitian
1.
Dari hasil penelitian ini bagi masyarakat umum dapat
dijadikan sebagai tambahan wawasan
keilmuan tentang pola asuh dan pengaruhnya
2.
Hasil dari penelitian ini bagi lembaga pendidikan
yang diteliti dapat digunakan acuan dalam
mengembangkan prestasi belajar siswa.
3.
Bagi penulis penelitian ini sebagai wawasan serta
pengalaman baru dalam dunia
penelitian
E.
Ruang lingkup penelitian
Pembatasan ruang
lingkup dalam penelitian lazim dibutuhkan, hal ini dimaksudkan untuk memperjelas arah penelitian yang
akan dibahas oleh peniliti sehingga
pembaca mudah untuk memahami arah berpikir peniliti. Dalam penilitian ini peneliti hanya meneliti
bagaimana pengaruh pola asuh
orangtua terhadap prestasi belajar siswa SMP. Mafatihul Huda Lombang Laok Blega tahun pelajaran 2016-2017.
F.
Asumsi penelitian
Hubungan antara pola
asuh orangtua dengan tingkat belajar siswa terukur dengan adanya prestasi
belajar. Adanya hubungan antara pola asuh dengan proses mental seorang anak
maka ada juga pengaruhnya dengan prestasi belajar siswa
G.
Definisi operasional
1.
Pengertin pengaruh menurut kamus besar bahasa
Indonesia adalah daya yang ada atau timbul dari suatu (orang, benda) yang ikut
membentuk watak, kepercayaan ataupun perbuatan seseorang.
2.
Pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara orangtua
dan anak selama masa pengasuhan dan perawatan, dengan tujuan untuk membimbing
atau mengarahkan serta mendidik ank-anknya pada kehidupan yang lebih baik dalam
suatu lingkungan keluarga. Pola
asuh tersebut meliputi demokratis, otoriter
dan permisif. Dalam hal ini yang dimaksud orangtua yaitu ayah dan ibu atau yang mempunyai tanggung
jawab untuk mengasuh anak.
3.
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa
kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan
dalam diri individu maupun kelompok sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar
H.
Kajian pustaka
1.
Penelitian terdahulu
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pelaksanaan
ibadah shalat fardhu anak usia sma di desa Geger Kecamatan Geger Kabupaten
Bangkalan tahun 2015, oleh saudara Nurul Khomariyah NIM 20111222010442.
Mahasiswa SITAL Jurusan Pendidikan Agama Islam.
2.
Tinjauan tentang pola asuh
a.
Pengertian pola asuh
Secara etimologi pola asuh berasal dari dua kata
yaitu “ Pola” dan “Asuh”. Pola artinya 1) gambar yang dipakai untuk contoh
bentuk. 2) corak batik. 3) potongan kertas yang dipakai membuat baju, model. 4)
system cara kerja. 5) bentuk (struktur) yang tepat. Asuh artinya 1) menjaga
(merawat dan mendidik) anak kecil, 2) membimbing (membantu, melatih dan
sebagiannya) supaya dapat berdiri sendiri, 3) memimpin (mengepalai,
menyelenggarakan) suatu badan kelembagaan[10]. Pola asuh merupakan suatu system atau
cara membimbing dan mendidik anak. Mendidik dan memelihara anak baik mengurus
makannya, misalnya pakaiannya, dan keberhasilannya sampai dewasa.
Disamping pengertian etimologi di atas, berikut akan
dijelaskan pengertian pola asuh secara terminology dan pendapat para ahli
sebagai berikut :
1)
Pola asuh dapat diartikan kemampuan dan bimbingan
yang dilakukan terhadap anak yang baerkaitan
dengan kepentingan hidupnya[11]. Pendidikan yang diberikan orang tua seharusnya menjadi dasar
pendidikan anak, proses sosialisasi, dan kehidupan anak di masyarakat. Orang
tua terkadang kurang memperhatikan adanya suatu perbedaan individu pada setiap
anak.
2)
KBBI menyatakan bahwa kata pola asuh terdiri dari
dua kata, yaitu pola dan asuh. Kata pola berarti system, corak, bentuk
(struktur) yang tepat, cara kerja. Sedangkan asuh dapat berate menjaga (merawat
dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu melatih dan sebagiannya), dan
memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) suatu badan atau lembaga.
Singkatnya, kata asuh mencakup segala aspek yang berkaittan dengan
pemeliharaan. Perawatan, dukungan dan hambatan sehingga orang tua tetap berdiri
dan menjalani kehidupan secara sehat dan optimal.[12]
3)
Sedangkan pola asuh menurut St. Vebrianto adalah
melindungi, memelihara, sosialisasi dan memberikan suasana kemesraan bagi
anggotanya.[13] Dalam megasuh anak hendaknya sikap
orang tua dapat memberi kesempatan kepada anak untuk menyalurkan misiatifnya,
sehingga ia dapat kesempatan untuk membuat kesalahan dan belajar dari kesalahan
tersebut. Ikut sertakan anak dalam aktivitas keluarga, misalanya berbelanja
kepasar, menyapu ruangan dan membetulkan mainan yang rusak. Jangan membuat dan
member perasaaan takut terhadap anak. Dengar dan hargailah pendapat serta ususl
yang dikemukakan oleh anak. Berikan pelajaran pada anak untuk membedakan
perilaku yang benar dan perilaku yang salah, serta tata tertib dan sopan santun
yang berlaku di masyarakat setempat. Ketidak tepatan dalam memberikan
pengarahan akan menyebabkan anak merasa bersalah, rasa taku berbuat sesuatu
serta serba salah dalam bergaul.
4)
Pengarahan, bimbingan dan pendidikan kepada anak
secara maksimum dan sempurna baik berbentuk perintah maupun larangan atau bail
dalam bentuk motivasi maupun sanksi, atau bias dalam bentuk ajakan kepada
kebaikan maupun peringatan dari perbuatan tercela.[14]
Dari beberapa istlah diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa pola asuh adalah keteladanan, cara pengasuhan anak dan
keseluruhan interaksi orang tua dengan anak yang merupakan kegiatan dalam usaha
memelihara, membimbing, dan membina anak baik berbentuk perintah maupun
larangan atau baik dalam bentuk motivasu maupun sanksi untuk melangsungkan hidup,
perkembangan dan pertumbuhan yang serasi, selaras dan seimbang baik fisik
maupun mentaknya.
b.
Jenis-jenis pola asuh
Menurut Bumrid seorang ahli psikologi perkembangan
yang dikutip oleh Agoes Dariyo mengatakan Ada tiga jenis pola asuh yaitu Pola
asuh Otoriter, permisif, dan demokratis.[15]
1.
Pola asuh otoriter (Parent Oreinted
2.
Pola asuh permisif.
3. Pola asuh Demokratis
Menurut Maimuna Hasan ada beberapa
tipe pola asuh, diantaranya adalah tipe autoritatif,
tipe otoriter, tipe penyabar dan
tipe penelantar.[16]
1.
Tipe Autoritatif
2.
Tipe Otoriter
3.
Tipe penyabar
4.
Tipe Penelantar
Dr. W. A Gerungan Dipl. Psych. Dalam
bukunya mengemukakan ada 3 cara kepemimpinan yaitu otoriter, cara demokratis, dan cara laissez faire.[17]
1.
Cara Otoriter
2.
Cara demokratis
3.
Cara Laissez
Faire
Dalam megasuh anak, orang tua
mempunyai cara berbeda-beda. Perbedaan tersebut dikarenakan oleh perbedaan
latar berlakang pendidikan, social ekonomi orang tua, seperti ada orang tua
yang bersikap keras dan ada pula yang bersikap lebut penuh toleransi. Orang tua
yang tidak otoriter akan dapat mentoleransikan kemauan anak-anaknya. Tetapi
yang paling penting, mungkin yang dapat membawa anak ke jenjang kesuksesan
adalah suasana yang hangat dan menyenangkan di dalam rumah.
c.
Factor-faktor yang mempengaruhi pola asuh
Menurut Oqbum yang dikutip oleh Drs. H. Abu Ahmadi,
bahwa keluarga juga berfungsi sebagi kasih sayang, ekonomi, pendidikan,
perlindungan/ penjagaan, status dalam keluarga, beragama, dan rekreasi dalam
keluarga.[18] Oleh sebab itu artinya ada beberapa
factor ynag dapat mempengaruhi digunakannya pola asuh tertentu oleh orang tua
dalam mendidik dan mengasuh anaknya, antara lain : factor tingkat social
ekonomi, tingkat pendidikan, kepribadian, jumlah anak.
1)
Faktor Intern
Factor
yang ada dalam diri individu, mencakup
a)
Factor tingkat social ekonomi,
b)
Factor tingkat pendidikan orang tua.
c)
Factor kepribadian orang tua.
2)
Factor ekstern
Faktor
berada diluar individu, mencakup :
a)
Factor jumlah anak.
b)
Latar belakang.
c)
Keadaan masyarakat
d.
Aspek-aspek pengukuran pola asuh orang tua
Menurut Diane Baumrind yang dikutip oleh Sri Esti
Wuryani Djiwandono ada beberapa aspek dalam pola suh orang tua yaitu : control
orang tua terhadap anak, tuntutan orang tua kepada anak untuk menjadi matang,
dan kejelasan komunikasi orang tua dan anak.[19]
1)
Control orang tua terhadap anak
2)
Tuntutan orang tua kepada anak untuk menjadi matang
3)
Kejelasa komunikasi orang tua dan anak
3.
Tinjauan tentang Prestasi Belajar Siswa
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok. Ada beberapa
definisi prestasi menurut para ahli adalah sebagai berikut;
Menurut WJS Poerwadarminta berpendapat, bahwa
prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya).[20] Sedangkan menurut Mas'ud Khasan Abdul
Qahar, prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil
yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja.[21] Sementara Nasrun Harahap, prestasi
adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang
berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta
nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.[22] Sedangkan menurut Bloom prestasi
belajar adalah proses belajar yang dialami siswa dan menghasilkan perubahan
dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis dan
evaluasi.[23]
Dari beberapa pengertian prestasi yang dikemukakan
para ahli di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai
penekanan, namun intinya sama, yakni hasil yang dicapai dari suatu kegiatan.
Untuk itu dapat difahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang
telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan
jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang
kegiatan tertentu. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa
kesankesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun kelompok
sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar.
Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang
dilalui oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku ke arah yang
lebih baik sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat terjadi melalui
usaha mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan,
menghayati, meniru, melatih atau mencoba sendiri dengan pengajaran atau
latihan. Adapun perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar tersebut relatif
tetap dan bukan hanya perubahan yang bersifat sementara. Tingkah laku mengalami
perubahan menyangkut semua aspek kepribadian, baik perubahan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap dan aspek perilaku lainnya.
Agar manusia senantiasa tumbuh dan berkembang,
seseorang pasti memerlukan kegiatan belajar. Sebagian orang beranggapan bahwa
yang dimaksud belajar adalah mencari atau menuntut ilmu. Aliran modern dewasa
ini memberikan pengertian belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Walaupun pada kenyataannya
tidak semua perubahan termasuk kategori belajar, misalnya: perubahan fisik,
mabuk gila dan sebagainya.[24]
Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan
hasil yang diperoleh, artinya belajar harus dilakukan dengan usaha sendiri
adapun orang lain itu hanya sebagai pembantu atau penunjang dalam kegiatan
belajar agar belajar dapat berjalan dengan baik dan akhirnya hasilnya juga
baik.
Surya menyatakan bahwa pengertian dari belajar
adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[25] Dan dalam bukunya ANITA WOOLFOLK
menjelaskan bahwa learning is process
through which experience causes permanent change in knowledge or behavior.[26]
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai suatu
perubahan tingkah laku yang relatif menetap terjadi sebagai hasil dari
pengalaman atau tingkah laku. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah segala
kejadian yang secara sengaja dialami oleh setiap orang. Sedangkan latihan
merupakan kejadian yang dengan sengaja dilakukan setiap orang secara
berulang-ulang.[27]
Menurut Rebber
dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam
definisi. Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowledge, yakni
proses memperoleh pengetahuan. Pengetahuan ini biasanya lebih sering dipakai
dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kurang
repsentatif karena tidak mengikutsertakan perolehan ketrampilan non kognitif. Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality
which occurs as a result of reinforces practice, yaitu suatu perubahan
kemampuan bereaksi yang relatife langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.[28]
Pandangan agama khususnya islam bahwa belajar adalah
proses kerja sistim memori (akal), dan proses dikuasainya pengetahuan dan
ketrampilan oleh manusia. Namun islam, dalam hal penekanannya terhadap
signifikansi fungsi kognitif dan fungsi sensori sebagai alat penting untuk
belajar, sangat belajar seperti halnya, ya'qilun,
yatafakkarun, yubshirun, yasma'un.[29]
b. Macam-macam Prestasi Belajar
Adapun macam-macam prestasi belajar antara lain;
b.
Prestasi yang bersifat afektif
c.
Prestasi yang bersifat psikomotorik
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
a) Internal siswa
Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi belajar,
termasuk kedalam faktor internal, yakni faktor dari diri dalam siswa. Faktor
ini terdiri dari dua aspek antara lain: [31]
1)
Aspek Fisiologis
2)
Aspek Psikologis
b) Eksternal siswa
Faktor eksternal
siswa juga terdiri atas tiga macam yakni:
1)
Lingkungan social
2)
Lingkungan non-sosial
3)
Pendekatan belajar siswa.
d. Langkah-langkah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa
Dengan adanya perkembangan dalam dunia pendidikan,
usaha dalam meningkatkan prestasi
sekolah terus digalakkan dalam upaya meningkatkan mutu dengan prinsip bahwa setiap sekolah
berkesempatan untuk menampilakan
keunggulannya. Ada empat langkah yang dapat ditempuh oleh setiap sekolah dalam meningkatkan
prestasi belajar antara lain:
a. School Review
b. Quality Assurance
c. Quality Control
d. Bechmarking
4.
Pandangan hubungan Pola asuh orang tua dan Prestasi
Belajar Siswa
5.
Hipotesis penelitian
Hipotesis
diartikan sebagai suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian
sampai terbukti melalui data yang terkumpul.[32]
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah :
a.
Hipotesis Kerja (Ha)
Adanya
pengaruh antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar siswa
b.
Hipotesis Nihil (Ho)
Tidak ada
pengaruh antara pola asuh
orangtua dengan prestasi belajar siswa
1.
Metode penelitian
a.
Rancangan penelitian
Untuk melakukan penelitian ilmiyah haruslah sesuai
dengan prinsi-prinsip metode ilmiah. Oleh karenanya di perlukan adanya
metodologi atau rancangan penelitian yang mencakup berbagai aspek dan
langkah-langkah yang di tempuh oleh peneliti dalam melaksanakan penelitiannya.
Rancangan penelitian dapat diartikan mencatat
perencanaan dari cara berfikir dan merancang sesuatu strategi untuk menemukan
sesuatu.[33]
b.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan
kuantitatif yang bersifat korelasional. Penelitian korelasional ditujukan untuk
mengetahui hubungan suatu variable dengan variable-variabel lain.[34] Pnelitian lapangan adalah suatu
penelitian untuk memperoleh sebuah data yang memang sebenanya terjadi
dilapangan. Bersifat kwantitatif berarti menekankan analisa pada data numerical
(angka) yang diperoleh dengan metode statistic.[35]
Dalam penelitian ini adalah, dengan melihat judul
yang ada dalam tugas penelitian, maka terdapat variable ; kedisiplinan guru
sebagai variable bebas (X), dan prestasi belajar siswa sebagai variable terikat
(Y).
Mengingat adanya dua variable dalam penelitian ini
maka kegiatan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah upaya untuk
menghubungkan antara dua variable yang ada dengan menguji hipotesis yang telah
ditentukannya. Caranya dengan mencari pengaruh pola asuh orang tua terhadap
prestasi belajar siswa. Di SMP.
Mafatihul Huda, Desa Lombang Laok, Blega,
Bangkalan, tahun Pelajaran 2016-2017. Dengan menggunakan penelitian
kuantitatif. Adapun teknik yang digunakan adalah Product Moment.
c.
Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah seluruh data yang
menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.[36]
Sedangkan menurut suharsimi arikunto
’’populasi adalah keseluruhan obyek penelitian’’.[37]
Besarnya populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa, populasi penelitian ini adalah seluruh siswa yang
berjumlah 117 siswa SMP. Mafatihul Huda, Desa Lombang Laok, Blega Bangkalan
Tahun Pelajaran 2016-2017. Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan peneiltian populasi.[38]
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
krakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.[39] Jadi sampel adalah bagian dari populasi
yang akan diteliti dan dianggap dapat
menggambarkan populasinya. jadi yang menjadi sampel adalah 50% nya yakni 31
siswa SMP. Mafatihul Huda, Desa Lombang Laok, Blega Bangkalan Tahun Pelajaran
2016-2017.
d.
Teknik/Metode Pengumpulan Data
Data merupakan hal yang penting untuk menjawab
masalah penelitian atau menguji hipotesis yang sudah di rumuskan. Membicarakan
masalah pengumpulan data akan berarti pula alat-alatnya. Adapun dalam penulisan
tugas ini, penulis menggunakan beberapa metode diantaranya; observasi angket, dokumentasi, dan interview.
1.
Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra.[40]
Metode ini berguna untuk mengumpulkan data dengan
pengamatan secara langsung dan sistematis pada kejadian yang spontan saat
terjadinya peristiwa. Tujuan penulis menggunakan metode ini untuk mendapat
informasi secara langsung kondisi yang sesungguhnya tentang pengaruh pola asuh
orang tua terhadap prestasi belajar siswa di SMP Mafatihul Huda Lombang Laok
Blega Bangkalan tahun pelajaran 2016-2017.
2.
Metode Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis yang
dipergunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal lain yang ia ketahui.[41]
Angket ini di maksudkan untuk memperoleh data
tentang pola asuh orang tua, prestasi belajar siswa dan lainnya.
Dalam penelitian ini metode angket dipakai untuk
menggali data tentang pola asuh orang tua di SMP Mafatihul Huda Lombang Laok
Blega Bangkalan tahun pelajaran 2016-2017.
3. Metode
Dokumentasi
Dokumentasi dapat di artikan sebagai suatu metode
yang di gunakan untuk mencari hal-hal atau variable yang berupa catatan-catatan
notulen rapat, agenda dan sebagainya.[42] Adapun metode dokumentasi dalam
penelitian ini di gunakan untuk menggali mengenai jumlah siswa, jumlah guru,
kurikulum yang berlaku di SMP. Mafatihul Huda Lombang
Laok Blega Bangkalan Tahun
Ajaran 2016-2017.
4.
Metode Interview/ wawancara
interview yang juga disebut dengan wawancara atau
kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang di lakukan oleh pguyewawancara untuk
memperoleh data dari terwawancara dalam penelitian ini, wawancara atau
interview di gunakan untuk menggali data tentang sejarah berdirinya SMP. Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan Tahun Ajaran 2016-2017.
e.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan
peneliti untuk menganalisis data yang berupa angka-angka adalah rumusan. Adapun
analisis data ini bertujuan untuk mengungkapkan data apa yang masih perlu
dicari, informasi apa yang kurang.
Dalam penelitian ini penulis
menggunakan dalam menganalisis data adalah statistic product moment hal ini dimaksudkan untuk menganalisa ada
tidaknya pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa.
Adapun rumus yang akan digunakan
adalah sebagai berikut;
x 100%
Keterangan:
F =
Frekuensi yang akan dicari prosentasinya.
N = Jumlah
frekuensi atau banyaknya responden
P =
Prosentasi.[43]
Untuk mengetahui
data pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa, menggunakan rumus
prosentasi:
x 100%
Dalam menentukan standar atau
kriteria dari perhitungan di atas, maka menggunakan kriteria atau standar
sebagai berikut:
86 % - 100 % =
Sangat Baik
71% - 85 % = Baik
56 % - 70 % =
Cukup baik
40 % - 55 % =
Kurang baik
Kurang dari 40 % = Tidak baik.[44]
Untuk membuktikan adanya pengaruh
pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa di SMP Mafatihul Huda
Lombang Laok Blega Bangkalan menggunakan data statistik sederhana yaitu
menggunakan rumus product moment
sebagai berikut:
Keterangan:
MX = Mean variabel x yaitu yang dicari
∑ X =
jumlah skor variabel x
N =
jumlah responden
Keterangan:
MY = Mean variabel Y yaitu yang dicari
∑Y =
jumlah skor variabel y
N =
jumlah responden
Untuk membuktikan
ada tidaknya pengaruh pola asuh orang tua terhadap
prestasi belajar siswa di SMP Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan Tahun Pelajaran
2016-2017 menggunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
Rxy =
koefisien korelasi antara variabel x dan y.
∑xy = jumlah dari hasil perkalian antara deviasi
skor-skor variabel y ( yaitu: y).
∑x2 = jumlah pengkwadratan seluruh skor x (yaitu : x2).
∑y2 = jumlah pengkwadratan seluruh skor y ( yaitu : y2).[45]
Untuk membuktikan pengaruh kedispilinan guru tehadap prestasi belajar
siswa di SMP Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan Tahun Pelajaran
2016-2017 menggunakan standar sebagai berikut:
TABEL INTERPRETASI[46]
|
Besarnya "r"
Product Moment (rxy)
|
Interpretasi
|
|
0,00-0,20
|
Antara variabel x dan variabel y memang terdapat korelasi, akan
tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu
diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel x dan variabel y).
|
|
0,20-0,40
|
Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang lemah atau
rendah.
|
|
0,40-0,70
|
Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi sedang atau
cukup.
|
|
0,70-0,90
|
Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang kuat atau
tinggi.
|
|
0,90-1,00
|
Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang sangat
kuat dan sangat tinggi.
|
Sebelum memasukkan data kedalam rumus
di atas, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut;
a)
Analisis pendahuluan
Dalam menganalisis ini, peneliti
memasukkan data yang telah terkumpul kedalam table distribusi frekuensi untuk
memudahkan penghitungan dan pempermudah keterbacaan data yang ada dalam rangka
pengolahan data selanjutnya.
b)
Anlisis data
Analisis data yang digunakan peneliti
adalah analisis data statistic korelasi product moment, dengan rumus korelasi.
Korelasi
product moment penulis gunakan untuk membuktikan hipotesis dan menganalisa data
kedua variable, karena kedua data tersebut berbentuk interval dan sumber data
dari kedua variable adalah sama. Sedangkan rumus yang digunakan adala rumus
yang paing sederhana untuk menghitung kofisien korelasi.[47]
I.
Rencana sistematika penelitian
Agar
memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh mengenai skripsi ini. Maka
secara global penulis merinci dalam sistematika pembahasan ini sebagai berikut
:
1.
Bab I, pada bab ini peneiliti akan menguraikan
pendahuluan yang berisi tentang
latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian,
dan penegasan istilah.
2.
Bab II, pada bab ini akan dikemukakan kajian
teoritis mengenai variable penelitian
yang digunakan meliputi: definisi pola asuh, pola asuh dalam perspektif islam, macam-macam pola asuh,
pentingnya pola asuh bagi anak,
dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua.
3.
Bab III, merupakan pemaparan tentang metodologi
penelitian yang digunakan terdiri dari:
rancangan penelitian, variabel penlitian, data dan sumber data, populasi dan sampel, instrumen
penelitian, metode pengumpulan data,
analisis data.
4.
Bab IV, merupakan pemaparan hasil penelitian yang
meliputi profil tempat penelitian dan analisa statistik
deskriptif tentang pola asuh orang tua, prestasi belajar siswa, serta pengaruh antara pola
asuh orang tua terhadap prestasi
belajar siswa.
5.
Bab V, bab inimerupakan bab yang terakhir yang
berisi kesimpulan dari penelitian
dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta saran yang diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Sayid
Ahmad al-Hasyimi. Mukhtarul Hadits. Terjemahan oleh Mahmud Zaini, 1995,
Jakarta: Pustaka Amani.).
Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan 10 Cara Qur’an Mendidik
Anak, (Malang: UINMalang Press, 2008)
Moh. Shochib, Pola Asuh Orangtua, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1998)
Muhaimin, Konsep
Pendidikan Islam, (Solo: Ramadhan, 1991)
“Departemen Agama RI,
2005: 560”).
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 1988)
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional,
1994)
Tim penyusun kamus Pusat Bahasa, kamus Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 2007)
Vebrianto,
Sosiologi Pendidikan , (Jakarta. PT.
Grasindo, 1993)
Al-Maghribi,
Begini Seharusnya Mendidik Anak (Jakarta
: Darul Haq, 2004)
Agoes,
Psi, Psikologi Perkembangan Remaja (Bogor
: Ghalia Indonesia, 2004)
Maimuna,
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)(Jogyakarta
: DIVA Press, 2011)
Gerungan,
psikologi Sosial (Bandung : PT.
Rafika Aditama, 2000)
Abu
Ahmadi, Sosiologi Pendidikan (Jakarta
: PT. Rineka Cipta, 2007)
Wuryani
Djiwandono, Psikologi Pendidikan (Jakarta
: PT. Grasindo, 2008)
WJS Poerwadarminta, Kamus
Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982)
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional;
1994)
Reni Kbar Hawadi, Akselerasi
(Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta 2004)
Pupuh Fathurrohman, Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep
Islami (Bandung: PT Refika Aditama, 2007)
Tohirin, Psikologi
Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005)
Anita Woolfolk., Educational
Psychology (Printed in the United States of America 2004)
Muhaimin, Abd Ghofir, Nur Ali Rahman, Strategi Belajar Mengaja, (Surabaya: CV.
Citra Media karya anak Bangsa, 1996),
Muhibbin Syah. Psikologi
Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)
Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006)
Bambang Prasetyo, Metode
Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005)
Nana Syaodih Sukmadinata,
Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010)
Syaifuddin
Anwar, Metode Penelitian,
(Yokyakarta; Pustaka Pelajar, 2001)
S.
Margono, Metodologi Penelitian (Jakarta;
PT Rineka Cipta, 2010)
Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian Pendidikan Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta; PT Rineka
Cipta,2010)
Sutrisno Hadi, Metode
Research, (Yogyakarta: Yayasan Penrbitan Fakultas Psikologi UGM, 1973)
Anas
Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan,(
Jakarta: Grafindo Persada, 2001)
Sugiyono, Metode
Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008)
[1]
“Departemen Agama RI, 2005: 560”).951
[2] Sayid
Ahmad al-Hasyimi. Mukhtarul Hadits. Terjemahan oleh Mahmud Zaini, 1995,
Jakarta: Pustaka Amani. hal: 20).
[3] Miftahul
Huda, Interaksi Pendidikan 10 Cara Qur’an
Mendidik Anak, (Malang: UINMalang Press, 2008), hlm 1
[4] Moh. Shochib, Pola Asuh Orangtua, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1998), hlm. V
[5] Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, (Solo:
Ramadhan, 1991), hlm. 9
[6] Ibid. hlm 23
[7] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. V
[8] Ibid., hlm. 56
[9] Syaiful
Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan
Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hlm. 20
[10] Tim penyusun kamus Pusat Bahasa, kamus Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 2007), 268
[11] Maimuna, Paud (Pendidikan
anak usia dini)( Jogjakarta : DIVA Press, 2011), 21
[12] Tim peyususnan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta
edidi ke 3 cet. 4 Balai Pustaka) 73 & 884
[13] Vebrianto, Sosiologi
Pendidikan , (Jakarta. PT. Grasindo, 1993), 35
[14] Al-Maghribi, Begini
Seharusnya Mendidik Anak (Jakarta : Darul Haq, 2004), 134
[15] Agoes, Psi, Psikologi
Perkembangan Remaja (Bogor : Ghalia Indonesia, 2004), 97-98
[16] Maimuna, PAUD (Pendidikan
Anak Usia Dini)(Jogyakarta : DIVA Press, 2011), 26
[17] Gerungan, psikologi Sosial (Bandung
: PT. Rafika Aditama, 2000), 132
[18] Abu Ahmadi, Sosiologi
Pendidikan (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007), 108
[19] Wuryani Djiwandono, Psikologi
Pendidikan (Jakarta : PT. Grasindo, 2008), 78
[20] WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), hlm.
773
[21] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya:
Usaha Nasional; 1994), hlm. 21
[22] Ibid., hlm, 21
[23] Reni Kbar Hawadi, Akselerasi (Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta
2004), hlm 68
[24] Pupuh Fathurrohman, Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman
Konsep Umum dan Konsep Islami (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), hlm 6
[25] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005), hlm. 8
[26] Anita Woolfolk., Educational Psychology (Printed in the United States of America
2004). Page.198
[27] Muhaimin, Abd Ghofir, Nur Ali Rahman, Strategi Belajar Mengaja, (Surabaya: CV.
Citra Media karya anak Bangsa, 1996), hlm. 43
[28] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) hlm. 91
[29] Ibid., hlm. 101
[30] Muhibbin Syah, Op.Cit hlm 154
[31] Ibid., hlm. 127
[32] Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 71
[33] Bambang Prasetyo, Metode
Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 53
[34] Nana Syaodih Sukmadinata,
Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010), h. 56
[35] Syaifuddin Anwar, Metode
Penelitian, (Yokyakarta; Pustaka Pelajar, 2001) h. 5
[36] S. Margono, Metodologi
Penelitian (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2010) h. 118
[37] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendidikan Suatu
Pendekatan Praktek (Jakarta; PT Rineka Cipta,2010) h. 173
[38] Ibid, h. 107
[39] Ibid, h. 118
[40]Sutrisno Hadi, Metode Research,
(Yogyakarta: Yayasan Penrbitan Fakultas Psikologi UGM, 1973), h. 159
[41] Ibid, h. 194
[42] Ibid h. 206
[43] Anas Sudjiono, Pengantar
Statistik Pendidikan,( Jakarta: Grafindo Persada, 2001), h. 40
[44] Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian, h. 246
[45] Ibid , h. 191
[46] ibid, h. 180
[47] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif
dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), h 213

Tidak ada komentar:
Posting Komentar