Rabu, 22 November 2017

STITAL - PROPOSAL SKRIPSI POLA ASUH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA



PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP. MAFATIHUL HUDA
TAHUN PELAJARAN 2016-2017

A.    Latar belakang masalah
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terbentuk akibat adanya perkawinan berdasarkan agama dan hukum yang sah. Pengaruh dari keluarga sangatlah penting karena keluarga merupakan awal dari pembelajaran seorang anak. Dorongan dari keluarga kepada anaknya salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan yang terbaik sejak dini. Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan potensi manusia untuk bangkit dari dunia kebodohan. Di era global seperti ini individu tidak akan mencapai kehidupannya secara maksimal dan puas tanpa adanya pendidikan. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia.Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun.
Keluarga merupakan tempat pertama dimana seorang anak mendapatkan nilai- nilai kemanusiaanya. Dalam keluarga anak dikenalkan dengan agama, dikenalkan dengan yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah dan sebagainya. Harapannya adalah agar seorang anak dapat meneruskan tradisi  kebaikan dan menjadi keturunan yang sedap di pandang mata karena keberhasilannya dalam menempuh kehidupan .
Kewajiban sebagai orang tua atau pendidik yang pertama, tidak hanya sebagai Pemerhati atau juga Transfer of Knowledge tetapi juga harus dapat mengubah perilaku dan memberikan motivasi yang positif sehingga anak termotivasi untuk memahami dan mendalami agama dengan semaksimal mungkin. Hal ini di dukung dengan firman Allah Dalam firman-Nya.(“surat At-Tahrim ayat 6”)
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim 66; 6)[1]

Orang tua dan anak adalah satu ikatan dalam jiwa. Dalam keterpisahan raga, jiwa mereka bersatu dalam ikatan keabadian. Tak seorang pun dapat mencerai-beraikannya. Ikatan itu dalam bentuk hubungan emosional antara anak dan orang tua yang tercermin dalam perilaku.
Anak merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah kepada orang tua. Anak adalah harta berharga, penyejuk hati, dan investasi terbesar bagi orang tua. Anak adalah anugerah Allah yang dapat menjadi perantara orang tua masuk surga. Namun sebaliknya, anak juga merupakan cobaan dan ujian bagi kedua orang tua, yang karenanya banyak masalah timbul akibat ulahnya. Tiada hasil tanpa usaha, namun juga tidak ada kesulitan meraih sesuatu selama kita memiliki tekad yang membaja, kesabaran yang tinggi, dan pengharapan yang kuat.
Salah satu kesalah kaprahan dari orang tua dalam dunia pendidikan sekarang ini adalah adanya anggapan bahwa hanya sekolahlah yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya, sehingga orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru di sekolah. Ada pula dan tidak sedikit orang ua yang berda di perantauan beranggapan, kalau pendidikan di desa itu lebih baik dibandingkan di kota, terutama di akidah akhlak anak. Sehingga tidak sedikit pula anak-anak meraka di titipkan kepada sanak saudara yang ada dikampung halaman, guna menuntut ilmu didaerah setempat. Anggapan tersebut tentu saja keliru, sebab pendidikan yang berlangsung di dalam keluarga adalah bersifat asasi, dan juga pabila anak itu hanya dititipkan tidak sedikit lepas control karena itulah orang tua merupakan pendidikan pertama, utama dan kodrati. Dialah yang banyak memberikan pengaruh dan warna kepribadian seorang anak.
 (“Rosulullah saw bersabda”)
حَقُّ ْالوَلَدِ عَلىَ وَ اِلدِ هِ اَنْ يُّحِْسنَ ِاسْمُهُ وَ اَدَبَهُ {رواه الحكيم}
Artinya:
 “di antara hak orang tua terhadap anaknya adalah mendidiknya dengan budi pekerti yang baik dan memberinya nama yang baik.”[2]
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah, prestasi belajar siswa adalah alat untuk mengukur hasil pembelajaran yang diperoleh siswa dari guru. Prestasi belajar yang diperoleh siswa bervariasi, karena dipengaruhi oleh berbagai faktor. Perbedaan prestasi belajar yang diperoleh siswa, disebabkan oleh faktor dari dalam diri yang dimiliki masing-masing siswa, dan faktor lingkungan yang diterima oleh masing-masing siswa dari lingkungannya.
Pendidikan merupakan sebagian dari fenomena interaksi kehidupan sosial manusia. Menurut K.J. Veeger pada hakekatnya kehidupan sosial itu terdiri dari jumlah aksi dan reaksi yang tidak terbilang banyaknya, baik antara perorangan maupun antara kelompok.[3]  Pihak-pihak yang terlibat menyesuaikan diri dengan salah satu pola perilaku yang kolektif. Kesatuan yang berasal dari penyesuaian diri itu disebut kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan merupakan bagian dari interaksi sosial yang telah ada bersamaan dengan kehidupan manusia.
Kian maraknya pelanggaran nilai moral oleh remaja dapat dipandang sebagai perwujudan rendahnya disiplin diri. Pemicu utamanya diduga adalah situasi dan kondisi keluarga yang negatif.[4] Keluarga adalah pondasi utama bagi pendidikan anak, dimana dia dibentuk oleh orangtua mereka. Orangtua merupakan guru pertama bagi anak dan sekaligus sebagai panutan dan pembimbing dalam melewati fase-fase perkembangannya. Kebiasaankebiasaan di lingkungan keluarga sedikit banyak akan mempengaruhi kebiasaan anak-anak yang ada dalam lingkungan tersebut karena tipe kepribadian pada masa kanak-kanak adalah imitasi.
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk membentuk generasi yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam rangka membangun masa depan. Karena itu pendidikan berperan mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamik.[5]
Dalam keseluruhan proses pendidikan tujuannya untuk menyiapkan generasi penerus yang berkualitas, baik moral maupun intelektual serta berketerampilan dan bertanggung jawab. Salah satu upaya untuk menyiapkan genearasi penerus tersebut adalah melalui lembaga pesekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.
Hasan Langgulung menyebutkan bahwa dalam pendidikan mengandung dua aspek, Pertama: Aspek mengajar dan Kedua: Aspek belajar. Aspek mengajar itu hanyalah suatu cara untuk memantapkan proses belajar itu. Sedangkan proses belajar berlaku apa sebanarnya yang terjadi pada manusia.[6]
Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan dihadapi oleh setiap orang.[7] Maka dari itu banyak para ahli-ahli membahas dan menghasilkan berbagai teori tentang belajar. Dalam hal ini tidak dipertentangkan kebenaran setiap teori yang dihasilkan, tetapi yang lebih penting adalah pemakaian teori-teori itu dalam praktek kehidupan yang paling cocok dengan situasi kebudayaan kita.
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru.
Tidak disangkal lagi bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sehingga bagi pelajar sendiri penting untuk mengetahui faktor-faktor yang dimaksud. Hal ini menjadi lebih penting lagi tidak hanya bagi pelajar tetapi juga bagi (calon-calon) pendidik, pembimbing dan pengajar didalam mengatur dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sedemikian rupa hingga dapat terjadi proses belajar yang optimal.
Proses belajar seorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktorfaktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah yang ada di luar individu.[8]
Dalam hal ini penulis lebih menitik beratkan pada faktor ekstern pada siswa salah satunya yaitu faktor keluarga. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Faktor lingkungan sekolah dan masyarakat juga banyak mempengaruhi proses belajar siswa.
Pada dasarnya hubungan orangtua dan anak tergantung pada sikap serta perilaku orangtua dalam keluarga. Sikap orangtua sangat menentukan terbentuknya hubungan keluarga sebab apabila hubungan telah terbentuk dengan baik, maka hal ini cenderung untuk di pertahankan, karenanya sikap orangtua terhadap anak merupakan hasil belajar. Banyak faktor yang juga menentukan sikap apa yang di pelajari, yang paling umum diantaranya adalah sebagai berikut: pengalaman awal orangtua sebagai anak (dari pola asuh orangtuanya yang di terapkan ketika mereka masih anak-anak) serta nilai budaya mengenai cara terbaik memperlakukan anak. Orangtua yang dahulunya menerima suatu bentuk pola asuh tertentu seringkali orang akan menerapkan kembali kepada anak-anak mereka di kemudian hari.
Ketika berbicara masalah prestasi-prestasi yang telah diraih oleh para siswa sekolah, hal itu banyak yang mempengaruhi. Disamping model pendidikan yang diterapkan pada sekolahan terdapat faktor lain, yaitu pendampingan keluarga selama proses belajar mereka. Pendidikan yang dilakukan di sekolah terbatas pada jam belajar saja, selebihnya para siswa berada pada lingkungan keluarga maka unsur keluarga sangat berperan dalam perjalanan belajar siswa. Banyak siswa yang berprestasi akan tetapi kondisi keluarganya tidak sehat atau bisa dikatakan broken home. Hal ini sangat bertolak belakang dengan teori yang menyatakan bahwa lingkungan keluarga sangat berpengaruh dalam proses belajar siswa.
Meski pencapaian prestasi itu penuh dengan rintangan dan tantangan yang harus dihadapi oleh seseorang, namun seseorang tidak akan pernah menyerah untuk mencapainya. Di sinilah nampaknya persaingan dalam mendapatkan prestasi dalam keompok terjadi secara konsisten dan persisten. Banyak kegiatan yang bisa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan prestasi. Semuanya tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing individu, kegiatan mana yang akan digeluti untuk mendapatkan prestasi tersebut. Konsekuensinya kegiatan tersebut harus digeluti secara optimal agar menjadi bagian dari diri secara pribadi.[9]
Penulis menemukan beberapa realita yang terjadi yaitu ketika seorang orang tua wali murid menitipkan putra-putrinya tuk belajar di kampung halaman, sedangkan dia sendiri mencari nafkah di kota. Pada waktu di kota anak biasa disiplin dan rajin belajar, ketika berda di kampung halaman prestasi anak mengalami penurunan dikarenakan perhatian orang tua menurun dikarenakaan anak kebiasaan lepas control.
Ada juga seorang teman yang berangkat dari keluarga mampu, akan tetapi kehidupan belajarnya tidak maksimal maka hasil belajarnya pun tergolong rendah. Sebaliknya ada seorang yang berangkat dari keluarga pas-pasan bahkan termasuk miskin akan tetapi prestasinya bagus dan semangat belajarnya tinggi. Hal ini tentu bertolak belakang dengan iklim pendidikan di Indonesia yang mana biaya pendidikan semakin tinggi. Maka yang punya kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang bagus adalah mereka yang berangkat dari keluarga mampu.
Hemat penulis anak yang mempunyai kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi dan bagus berkualitas adalah mereka yang berangkat dari keluarga mampu (menengah-ke atas) dan itu berimplikasi dengan semangat belajar yang tinggi mengingat hanya sedikit yang bisa menikmati pendidikan dengan kualitas tinggi. Namun pada kenyataannya banyak diantara mereka yang mengabaikan dan meremehkan kesempatan itu sehingga tidak sedikit dari mereka yang tidak berprestasi dalam belajarnya. Sebaliknya banyak diantara anak-anak yang dari keluarga tidak mampu dan latar belakang pendidikan keluarganya rendah justru berprestasi dalam belajarnya. Seorang anak ketika masih kanak-kanak pembentukan mental secara psikologis sangat bergantung sekali pada pola asuh yang digunakan orangtuanya, sedangkan proses belajar adalah proses mental, maka penulis disini beranggapan bahwa ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat belajar siswa yang akhirnya terukur dengan adanya prestasi belajar. Adanya hubungan antara pola asuh dengan proses mental seorang anak maka ada juga pengaruhnya dengan prestasi belajar siswa. Atas dasar latar belakang yang sudah penulis kemukakan diatas, maka penulis mengangkat sebuah judul “Pengaruh Pola Asuh Orang tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMP Mafatihul Huda Tahun Pelajaran 2016-2017

B.     Rumusan masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah penelitian akan diuraikan senagai berikut:
1.      Bagaimanakah Pola Asuh Orang Tua di SMP Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan 2016-2017?
2.      Bagaimana Prestasi Belajar siswa di SMP Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan 2016-2017?
3.      Adakah pengaruh pola asuh terhadap prestasi belajar siswa di SMP Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan 2016-2017?


C.     Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah:
Setiap pembahasan memerlukan pemecahan masalah, suatu permasalahan selalu mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan inilah yang memberikan arah dalam pemecahan suatu permasalahan maka dari sini penulis dapat merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui Pola Asuh Orang Tua di SMP Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan 2016-2017
2.      Untuk mengetahui Prestasi Belajar siswa di SMP Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan 2016-2017.
3.      Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pola asuh terhadap prestasi belajar siswa di SMP Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan 2016-2017.

D.    Manfaat penelitian
1.      Dari hasil penelitian ini bagi masyarakat umum dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan keilmuan tentang pola asuh dan pengaruhnya
2.      Hasil dari penelitian ini bagi lembaga pendidikan yang diteliti dapat digunakan acuan dalam mengembangkan prestasi belajar siswa.
3.      Bagi penulis penelitian ini sebagai wawasan serta pengalaman baru dalam dunia penelitian
E.     Ruang lingkup penelitian
Pembatasan ruang lingkup dalam penelitian lazim dibutuhkan, hal ini dimaksudkan untuk memperjelas arah penelitian yang akan dibahas oleh peniliti sehingga pembaca mudah untuk memahami arah berpikir peniliti. Dalam penilitian ini peneliti hanya meneliti bagaimana pengaruh pola asuh orangtua terhadap prestasi belajar siswa SMP. Mafatihul Huda Lombang Laok Blega tahun pelajaran 2016-2017.
F.      Asumsi penelitian
Hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat belajar siswa terukur dengan adanya prestasi belajar. Adanya hubungan antara pola asuh dengan proses mental seorang anak maka ada juga pengaruhnya dengan prestasi belajar siswa

G.    Definisi operasional
1.      Pengertin pengaruh menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah daya yang ada atau timbul dari suatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan ataupun perbuatan seseorang.
2.      Pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara orangtua dan anak selama masa pengasuhan dan perawatan, dengan tujuan untuk membimbing atau mengarahkan serta mendidik ank-anknya pada kehidupan yang lebih baik dalam suatu lingkungan keluarga. Pola asuh tersebut meliputi demokratis, otoriter dan permisif. Dalam hal ini yang dimaksud orangtua yaitu ayah dan ibu atau yang mempunyai tanggung jawab untuk mengasuh anak.
3.      Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun kelompok sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar

H.    Kajian pustaka
1.      Penelitian terdahulu
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pelaksanaan ibadah shalat fardhu anak usia sma di desa Geger Kecamatan Geger Kabupaten Bangkalan tahun 2015, oleh saudara Nurul Khomariyah NIM 20111222010442. Mahasiswa SITAL Jurusan Pendidikan Agama Islam.
2.      Tinjauan tentang pola asuh
a.       Pengertian pola asuh
Secara etimologi pola asuh berasal dari dua kata yaitu “ Pola” dan “Asuh”. Pola artinya 1) gambar yang dipakai untuk contoh bentuk. 2) corak batik. 3) potongan kertas yang dipakai membuat baju, model. 4) system cara kerja. 5) bentuk (struktur) yang tepat. Asuh artinya 1) menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, 2) membimbing (membantu, melatih dan sebagiannya) supaya dapat berdiri sendiri, 3) memimpin (mengepalai, menyelenggarakan) suatu badan kelembagaan[10]. Pola asuh merupakan suatu system atau cara membimbing dan mendidik anak. Mendidik dan memelihara anak baik mengurus makannya, misalnya pakaiannya, dan keberhasilannya sampai dewasa.
Disamping pengertian etimologi di atas, berikut akan dijelaskan pengertian pola asuh secara terminology dan pendapat para ahli sebagai berikut :
1)      Pola asuh dapat diartikan kemampuan dan bimbingan yang dilakukan terhadap anak yang  baerkaitan dengan kepentingan hidupnya[11]. Pendidikan yang  diberikan orang tua seharusnya menjadi dasar pendidikan anak, proses sosialisasi, dan kehidupan anak di masyarakat. Orang tua terkadang kurang memperhatikan adanya suatu perbedaan individu pada setiap anak.
2)      KBBI menyatakan bahwa kata pola asuh terdiri dari dua kata, yaitu pola dan asuh. Kata pola berarti system, corak, bentuk (struktur) yang tepat, cara kerja. Sedangkan asuh dapat berate menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu melatih dan sebagiannya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) suatu badan atau lembaga. Singkatnya, kata asuh mencakup segala aspek yang berkaittan dengan pemeliharaan. Perawatan, dukungan dan hambatan sehingga orang tua tetap berdiri dan menjalani kehidupan secara sehat dan optimal.[12]
3)      Sedangkan pola asuh menurut St. Vebrianto adalah melindungi, memelihara, sosialisasi dan memberikan suasana kemesraan bagi anggotanya.[13] Dalam megasuh anak hendaknya sikap orang tua dapat memberi kesempatan kepada anak untuk menyalurkan misiatifnya, sehingga ia dapat kesempatan untuk membuat kesalahan dan belajar dari kesalahan tersebut. Ikut sertakan anak dalam aktivitas keluarga, misalanya berbelanja kepasar, menyapu ruangan dan membetulkan mainan yang rusak. Jangan membuat dan member perasaaan takut terhadap anak. Dengar dan hargailah pendapat serta ususl yang dikemukakan oleh anak. Berikan pelajaran pada anak untuk membedakan perilaku yang benar dan perilaku yang salah, serta tata tertib dan sopan santun yang berlaku di masyarakat setempat. Ketidak tepatan dalam memberikan pengarahan akan menyebabkan anak merasa bersalah, rasa taku berbuat sesuatu serta serba salah dalam bergaul.
4)      Pengarahan, bimbingan dan pendidikan kepada anak secara maksimum dan sempurna baik berbentuk perintah maupun larangan atau bail dalam bentuk motivasi maupun sanksi, atau bias dalam bentuk ajakan kepada kebaikan maupun peringatan dari perbuatan tercela.[14]
Dari beberapa istlah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh adalah keteladanan, cara pengasuhan anak dan keseluruhan interaksi orang tua dengan anak yang merupakan kegiatan dalam usaha memelihara, membimbing, dan membina anak baik berbentuk perintah maupun larangan atau baik dalam bentuk motivasu maupun sanksi untuk melangsungkan hidup, perkembangan dan pertumbuhan yang serasi, selaras dan seimbang baik fisik maupun mentaknya.
b.      Jenis-jenis pola asuh
Menurut Bumrid seorang ahli psikologi perkembangan yang dikutip oleh Agoes Dariyo mengatakan Ada tiga jenis pola asuh yaitu Pola asuh Otoriter, permisif, dan demokratis.[15]
1.      Pola asuh otoriter (Parent Oreinted
2.      Pola asuh permisif.
3.       Pola asuh Demokratis
Menurut Maimuna Hasan ada beberapa tipe pola asuh, diantaranya adalah tipe autoritatif, tipe otoriter, tipe penyabar dan tipe penelantar.[16]
1.      Tipe Autoritatif
2.      Tipe Otoriter
3.      Tipe penyabar
4.      Tipe Penelantar
Dr. W. A Gerungan Dipl. Psych. Dalam bukunya mengemukakan ada 3 cara kepemimpinan yaitu otoriter, cara demokratis, dan cara laissez faire.[17]
1.      Cara Otoriter
2.      Cara demokratis
3.      Cara Laissez Faire
Dalam megasuh anak, orang tua mempunyai cara berbeda-beda. Perbedaan tersebut dikarenakan oleh perbedaan latar berlakang pendidikan, social ekonomi orang tua, seperti ada orang tua yang bersikap keras dan ada pula yang bersikap lebut penuh toleransi. Orang tua yang tidak otoriter akan dapat mentoleransikan kemauan anak-anaknya. Tetapi yang paling penting, mungkin yang dapat membawa anak ke jenjang kesuksesan adalah suasana yang hangat dan menyenangkan di dalam rumah.
c.       Factor-faktor yang mempengaruhi pola asuh
Menurut Oqbum yang dikutip oleh Drs. H. Abu Ahmadi, bahwa keluarga juga berfungsi sebagi kasih sayang, ekonomi, pendidikan, perlindungan/ penjagaan, status dalam keluarga, beragama, dan rekreasi dalam keluarga.[18] Oleh sebab itu artinya ada beberapa factor ynag dapat mempengaruhi digunakannya pola asuh tertentu oleh orang tua dalam mendidik dan mengasuh anaknya, antara lain : factor tingkat social ekonomi, tingkat pendidikan, kepribadian, jumlah anak.
1)      Faktor Intern
Factor yang ada dalam diri individu, mencakup
a)      Factor tingkat social ekonomi,
b)      Factor tingkat pendidikan orang tua.
c)      Factor kepribadian orang tua.
2)      Factor ekstern
Faktor berada diluar individu, mencakup :
a)      Factor jumlah anak.
b)      Latar belakang.
c)      Keadaan masyarakat
d.      Aspek-aspek pengukuran pola asuh orang tua
Menurut Diane Baumrind yang dikutip oleh Sri Esti Wuryani Djiwandono ada beberapa aspek dalam pola suh orang tua yaitu : control orang tua terhadap anak, tuntutan orang tua kepada anak untuk menjadi matang, dan kejelasan komunikasi orang tua dan anak.[19]
1)      Control orang tua terhadap anak
2)      Tuntutan orang tua kepada anak untuk menjadi matang
3)      Kejelasa komunikasi orang tua dan anak

3.      Tinjauan tentang Prestasi Belajar Siswa
a.      Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok. Ada beberapa definisi prestasi menurut para ahli adalah sebagai berikut;
Menurut WJS Poerwadarminta berpendapat, bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).[20] Sedangkan menurut Mas'ud Khasan Abdul Qahar, prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja.[21] Sementara Nasrun Harahap, prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.[22] Sedangkan menurut Bloom prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis dan evaluasi.[23]
Dari beberapa pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama, yakni hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu dapat difahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesankesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun kelompok sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar.
Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang dilalui oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat terjadi melalui usaha mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih atau mencoba sendiri dengan pengajaran atau latihan. Adapun perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar tersebut relatif tetap dan bukan hanya perubahan yang bersifat sementara. Tingkah laku mengalami perubahan menyangkut semua aspek kepribadian, baik perubahan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap dan aspek perilaku lainnya.
Agar manusia senantiasa tumbuh dan berkembang, seseorang pasti memerlukan kegiatan belajar. Sebagian orang beranggapan bahwa yang dimaksud belajar adalah mencari atau menuntut ilmu. Aliran modern dewasa ini memberikan pengertian belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar, misalnya: perubahan fisik, mabuk gila dan sebagainya.[24]
Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperoleh, artinya belajar harus dilakukan dengan usaha sendiri adapun orang lain itu hanya sebagai pembantu atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar dapat berjalan dengan baik dan akhirnya hasilnya juga baik.
Surya menyatakan bahwa pengertian dari belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[25] Dan dalam bukunya ANITA WOOLFOLK menjelaskan bahwa learning is process through which experience causes permanent change in knowledge or behavior.[26]
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap terjadi sebagai hasil dari pengalaman atau tingkah laku. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah segala kejadian yang secara sengaja dialami oleh setiap orang. Sedangkan latihan merupakan kejadian yang dengan sengaja dilakukan setiap orang secara berulang-ulang.[27]
Menurut Rebber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Pengetahuan ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kurang repsentatif karena tidak mengikutsertakan perolehan ketrampilan non kognitif. Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforces practice, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatife langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.[28]
Pandangan agama khususnya islam bahwa belajar adalah proses kerja sistim memori (akal), dan proses dikuasainya pengetahuan dan ketrampilan oleh manusia. Namun islam, dalam hal penekanannya terhadap signifikansi fungsi kognitif dan fungsi sensori sebagai alat penting untuk belajar, sangat belajar seperti halnya, ya'qilun, yatafakkarun, yubshirun, yasma'un.[29]
b.      Macam-macam Prestasi Belajar
Adapun macam-macam prestasi belajar antara lain;
a.       Prestasi yang bersifat kognitif[30]
b.      Prestasi yang bersifat afektif
c.       Prestasi yang bersifat psikomotorik
c.       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
a)      Internal siswa
Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, termasuk kedalam faktor internal, yakni faktor dari diri dalam siswa. Faktor ini terdiri dari dua aspek antara lain: [31]
1)      Aspek Fisiologis
2)      Aspek Psikologis
b)     Eksternal siswa
Faktor eksternal siswa juga terdiri atas tiga macam yakni:
1)      Lingkungan social
2)      Lingkungan non-sosial
3)      Pendekatan belajar siswa.
d.      Langkah-langkah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Dengan adanya perkembangan dalam dunia pendidikan, usaha dalam meningkatkan prestasi sekolah terus digalakkan dalam upaya meningkatkan mutu dengan prinsip bahwa setiap sekolah berkesempatan untuk menampilakan keunggulannya. Ada empat langkah yang dapat ditempuh oleh setiap sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar antara lain:
a.      School Review
b.      Quality Assurance
c.       Quality Control
d.      Bechmarking
4.      Pandangan hubungan Pola asuh orang tua dan Prestasi Belajar Siswa
5.      Hipotesis penelitian
Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.[32]
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
a.       Hipotesis Kerja (Ha)
Adanya pengaruh antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar siswa
b.      Hipotesis Nihil (Ho)
Tidak ada pengaruh antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar siswa

1.      Metode penelitian
a.       Rancangan penelitian
Untuk melakukan penelitian ilmiyah haruslah sesuai dengan prinsi-prinsip metode ilmiah. Oleh karenanya di perlukan adanya metodologi atau rancangan penelitian yang mencakup berbagai aspek dan langkah-langkah yang di tempuh oleh peneliti dalam melaksanakan penelitiannya.
Rancangan penelitian dapat diartikan mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang sesuatu strategi untuk menemukan sesuatu.[33]
b.      Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan kuantitatif yang bersifat korelasional. Penelitian korelasional ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variable dengan variable-variabel lain.[34] Pnelitian lapangan adalah suatu penelitian untuk memperoleh sebuah data yang memang sebenanya terjadi dilapangan. Bersifat kwantitatif berarti menekankan analisa pada data numerical (angka) yang diperoleh dengan metode statistic.[35]
Dalam penelitian ini adalah, dengan melihat judul yang ada dalam tugas penelitian, maka terdapat variable ; kedisiplinan guru sebagai variable bebas (X), dan prestasi belajar siswa sebagai variable terikat (Y).
Mengingat adanya dua variable dalam penelitian ini maka kegiatan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah upaya untuk menghubungkan antara dua variable yang ada dengan menguji hipotesis yang telah ditentukannya. Caranya dengan mencari pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi  belajar siswa. Di SMP. Mafatihul Huda, Desa Lombang Laok, Blega,  Bangkalan, tahun Pelajaran 2016-2017. Dengan menggunakan penelitian kuantitatif. Adapun teknik yang digunakan adalah Product Moment.

c.    Populasi dan Sampel Penelitian
1.    Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.[36]
Sedangkan menurut suharsimi arikunto ’’populasi adalah keseluruhan obyek penelitian’’.[37]
Besarnya populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa, populasi penelitian ini adalah seluruh siswa yang berjumlah 117 siswa SMP. Mafatihul Huda, Desa Lombang Laok, Blega Bangkalan Tahun Pelajaran 2016-2017. Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan peneiltian populasi.[38]
2.    Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan krakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.[39] Jadi sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti  dan dianggap dapat menggambarkan populasinya. jadi yang menjadi sampel adalah 50% nya yakni 31 siswa SMP. Mafatihul Huda, Desa Lombang Laok, Blega Bangkalan Tahun Pelajaran 2016-2017.

d.      Teknik/Metode Pengumpulan Data
Data merupakan hal yang penting untuk menjawab masalah penelitian atau menguji hipotesis yang sudah di rumuskan. Membicarakan masalah pengumpulan data akan berarti pula alat-alatnya. Adapun dalam penulisan tugas ini, penulis menggunakan beberapa metode diantaranya; observasi  angket, dokumentasi, dan interview.

1.      Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra.[40]
Metode ini berguna untuk mengumpulkan data dengan pengamatan secara langsung dan sistematis pada kejadian yang spontan saat terjadinya peristiwa. Tujuan penulis menggunakan metode ini untuk mendapat informasi secara langsung kondisi yang sesungguhnya tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa di SMP Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan tahun pelajaran 2016-2017.

2.      Metode Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis yang dipergunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal lain yang ia ketahui.[41]
Angket ini di maksudkan untuk memperoleh data tentang pola asuh orang tua, prestasi belajar siswa dan lainnya.
Dalam penelitian ini metode angket dipakai untuk menggali data tentang pola asuh orang tua di SMP Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan tahun pelajaran 2016-2017.

3.      Metode Dokumentasi
Dokumentasi dapat di artikan sebagai suatu metode yang di gunakan untuk mencari hal-hal atau variable yang berupa catatan-catatan notulen rapat, agenda dan sebagainya.[42] Adapun metode dokumentasi dalam penelitian ini di gunakan untuk menggali mengenai jumlah siswa, jumlah guru, kurikulum yang berlaku di SMP. Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan Tahun Ajaran 2016-2017.

4.      Metode Interview/ wawancara
interview yang juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang di lakukan oleh pguyewawancara untuk memperoleh data dari terwawancara dalam penelitian ini, wawancara atau interview di gunakan untuk menggali data tentang sejarah berdirinya SMP. Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan Tahun Ajaran 2016-2017.

e.       Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan peneliti untuk menganalisis data yang berupa angka-angka adalah rumusan. Adapun analisis data ini bertujuan untuk mengungkapkan data apa yang masih perlu dicari, informasi apa yang kurang.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dalam menganalisis data adalah statistic product moment  hal ini dimaksudkan untuk menganalisa ada tidaknya pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa.
Adapun rumus yang akan digunakan adalah sebagai berikut;
x 100%
Keterangan:
F         = Frekuensi yang akan dicari prosentasinya.
N        = Jumlah frekuensi atau banyaknya responden
P         = Prosentasi.[43]
Untuk mengetahui data pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa, menggunakan rumus prosentasi:
x 100%
Dalam menentukan standar atau kriteria dari perhitungan di atas, maka menggunakan kriteria atau standar sebagai berikut:
86 % - 100 % = Sangat Baik
71% - 85 %  = Baik
56 % - 70 %   = Cukup baik
40 % - 55 %   = Kurang baik
Kurang dari 40  %     = Tidak baik.[44]
Untuk membuktikan adanya pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa di SMP Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan menggunakan data statistik sederhana yaitu menggunakan rumus product moment sebagai berikut:
Keterangan:
MX      = Mean variabel x yaitu yang dicari
∑ X    = jumlah skor variabel x
N        = jumlah responden
Keterangan:
MY      = Mean variabel Y yaitu yang dicari
∑Y     = jumlah skor variabel y
N        = jumlah responden
Untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa di SMP Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan Tahun Pelajaran 2016-2017 menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Rxy    = koefisien korelasi antara variabel x dan y.
∑xy    = jumlah dari hasil perkalian antara deviasi skor-skor variabel y ( yaitu: y).
∑x2     = jumlah pengkwadratan seluruh skor x (yaitu : x2).
∑y2     = jumlah pengkwadratan seluruh skor y ( yaitu : y2).[45]
Untuk membuktikan pengaruh kedispilinan guru tehadap prestasi belajar siswa di SMP Mafatihul Huda Lombang Laok Blega Bangkalan Tahun Pelajaran 2016-2017 menggunakan standar sebagai berikut:
TABEL INTERPRETASI[46]
Besarnya "r"
Product Moment (rxy)
Interpretasi
0,00-0,20
Antara variabel x dan variabel y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel x dan variabel y).
0,20-0,40
Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang lemah atau rendah.
0,40-0,70
Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi sedang atau cukup.
0,70-0,90
Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.
0,90-1,00
Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang sangat kuat dan sangat tinggi.

Sebelum memasukkan data kedalam rumus di atas, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut;
a)      Analisis pendahuluan
Dalam menganalisis ini, peneliti memasukkan data yang telah terkumpul kedalam table distribusi frekuensi untuk memudahkan penghitungan dan pempermudah keterbacaan data yang ada dalam rangka pengolahan data selanjutnya.
b)      Anlisis data
Analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis data statistic korelasi product moment, dengan rumus korelasi.
Korelasi product moment penulis gunakan untuk membuktikan hipotesis dan menganalisa data kedua variable, karena kedua data tersebut berbentuk interval dan sumber data dari kedua variable adalah sama. Sedangkan rumus yang digunakan adala rumus yang paing sederhana untuk menghitung kofisien korelasi.[47]
I.       Rencana sistematika penelitian
Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh mengenai skripsi ini. Maka secara global penulis merinci dalam sistematika pembahasan ini sebagai berikut :
1.      Bab I, pada bab ini peneiliti akan menguraikan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan penegasan istilah.
2.      Bab II, pada bab ini akan dikemukakan kajian teoritis mengenai variable penelitian yang digunakan meliputi: definisi pola asuh, pola asuh dalam perspektif islam, macam-macam pola asuh, pentingnya pola asuh bagi anak, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua.
3.      Bab III, merupakan pemaparan tentang metodologi penelitian yang digunakan terdiri dari: rancangan penelitian, variabel penlitian, data dan sumber data, populasi dan sampel, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, analisis data.
4.      Bab IV, merupakan pemaparan hasil penelitian yang meliputi profil tempat penelitian dan analisa statistik deskriptif tentang pola asuh orang tua, prestasi belajar siswa, serta pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa.
5.      Bab V, bab inimerupakan bab yang terakhir yang berisi kesimpulan dari penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta saran yang diperlukan.



DAFTAR PUSTAKA
Sayid Ahmad al-Hasyimi. Mukhtarul Hadits. Terjemahan oleh Mahmud Zaini, 1995, Jakarta:    Pustaka Amani.).
Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan 10 Cara Qur’an Mendidik Anak, (Malang: UINMalang Press, 2008)
Moh. Shochib, Pola Asuh Orangtua, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1998)
Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, (Solo: Ramadhan, 1991)
“Departemen Agama RI, 2005: 560”).
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 1988)
 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994)
Tim penyusun kamus Pusat Bahasa, kamus Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 2007)
Vebrianto, Sosiologi Pendidikan , (Jakarta. PT. Grasindo, 1993)
Al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak (Jakarta : Darul Haq, 2004)
Agoes, Psi, Psikologi Perkembangan Remaja (Bogor : Ghalia Indonesia, 2004)
Maimuna, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)(Jogyakarta : DIVA Press, 2011)
Gerungan, psikologi Sosial (Bandung : PT. Rafika Aditama, 2000)
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007)
Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan (Jakarta : PT. Grasindo, 2008)
WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982)
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional; 1994)
Reni Kbar Hawadi, Akselerasi (Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta 2004)
Pupuh Fathurrohman, Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami (Bandung: PT Refika Aditama, 2007)
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005)
Anita Woolfolk., Educational Psychology (Printed in the United States of America 2004)
Muhaimin, Abd Ghofir, Nur Ali Rahman, Strategi Belajar Mengaja, (Surabaya: CV. Citra Media karya anak Bangsa, 1996),
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006)
Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005)
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT  Remaja Rosdakarya, 2010)
Syaifuddin Anwar, Metode Penelitian, (Yokyakarta; Pustaka Pelajar, 2001)
S. Margono, Metodologi Penelitian (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2010)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendidikan Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta; PT Rineka Cipta,2010)
Sutrisno Hadi, Metode Research, (Yogyakarta: Yayasan Penrbitan Fakultas Psikologi UGM, 1973)
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan,( Jakarta: Grafindo Persada, 2001)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008)



[1] “Departemen Agama RI, 2005: 560”).951
[2] Sayid Ahmad al-Hasyimi. Mukhtarul Hadits. Terjemahan oleh Mahmud Zaini, 1995, Jakarta: Pustaka Amani. hal: 20).
[3] Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan 10 Cara Qur’an Mendidik Anak, (Malang: UINMalang Press, 2008), hlm 1
[4] Moh. Shochib, Pola Asuh Orangtua, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1998), hlm. V
[5] Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, (Solo: Ramadhan, 1991), hlm. 9
[6] Ibid. hlm 23
[7] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. V
[8] Ibid., hlm. 56
[9] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hlm. 20
[10] Tim penyusun kamus Pusat Bahasa, kamus Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 2007), 268
[11] Maimuna, Paud (Pendidikan anak usia dini)( Jogjakarta : DIVA Press, 2011), 21
[12] Tim peyususnan Kamus Besar Bahasa Indonesia,  Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta edidi ke 3 cet. 4 Balai Pustaka) 73 & 884
[13] Vebrianto, Sosiologi Pendidikan , (Jakarta. PT. Grasindo, 1993), 35
[14] Al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak (Jakarta : Darul Haq, 2004), 134
[15] Agoes, Psi, Psikologi Perkembangan Remaja (Bogor : Ghalia Indonesia, 2004), 97-98
[16] Maimuna, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)(Jogyakarta : DIVA Press, 2011), 26
[17] Gerungan, psikologi Sosial (Bandung : PT. Rafika Aditama, 2000), 132
[18] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007), 108
[19] Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan (Jakarta : PT. Grasindo, 2008), 78
[20] WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), hlm. 773
[21] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional; 1994), hlm. 21
[22] Ibid., hlm, 21
[23] Reni Kbar Hawadi, Akselerasi (Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta 2004), hlm 68
[24] Pupuh Fathurrohman, Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), hlm 6
[25] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 8
[26] Anita Woolfolk., Educational Psychology (Printed in the United States of America 2004). Page.198
[27] Muhaimin, Abd Ghofir, Nur Ali Rahman, Strategi Belajar Mengaja, (Surabaya: CV. Citra Media karya anak Bangsa, 1996), hlm. 43
[28] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) hlm. 91
[29] Ibid., hlm. 101
[30] Muhibbin Syah, Op.Cit hlm 154
[31] Ibid., hlm. 127
[32] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 71
[33] Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 53
[34] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT  Remaja Rosdakarya, 2010), h. 56
[35] Syaifuddin Anwar, Metode Penelitian, (Yokyakarta; Pustaka Pelajar, 2001) h. 5
[36] S. Margono, Metodologi Penelitian (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2010) h. 118
[37]  Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendidikan Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta; PT Rineka Cipta,2010) h. 173
[38] Ibid, h. 107
[39] Ibid, h. 118
[40]Sutrisno Hadi, Metode Research, (Yogyakarta: Yayasan Penrbitan Fakultas Psikologi UGM, 1973), h. 159
[41] Ibid, h. 194
[42] Ibid h. 206
[43] Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan,( Jakarta: Grafindo Persada, 2001), h. 40
[44] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, h. 246
[45] Ibid , h. 191
[46] ibid, h. 180
[47]  Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), h 213

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NOVEL "JERUK MAKAN JERUK "

Pagi duniaku, Suasana pagi yang sejuk bagi seorang pemuda yang mencoba menjadi seorang pendidik di sebuah lembaga MTs dipedalaman desa...